MEMBANGUN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA

Print Friendly and PDF

MEMBANGUN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA

Oleh: Ariyani, S.Pd

SMP Negeri 3 Satu Atap Jatipurno, Wonogiri Jawa Tengah

Ariyani, S.Pd


       Pelajaran bahasa Jawa merupakan salah satu muatan lokal wajib dilingkungan pemerintah provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY. Pelajaran bahasa Jawa ini tidak hanya diajarkan pada tingkat Pendidikan sekolah dasar akan tetapi juga diajarkan ditingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas/ kejuruan. Di dalam pembelajaran bahasa Jawa terdapat unggah-ungguh yang dapat meningkatkan karakter siswa.

       Adisumarto (dalam Suharti, 2001: 69) menyatakan bahwa “unggah-ungguh bahasa Jawa adalah adat sopan santun, etika, tatasusila, dan tata krama dalam berbahasa Jawa.” Dari pernyatan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa unggah-ungguh basa Jawa tidak hanya sebatas penggunaan ragam bahasa jawa (Ngoko-Krama) akan tetapi terdapat pula nilai-nilai kesopanan yang menjadi karakter masyarakat timur. 

       Di dalam pendidikan unggah-ungguh, sarana pendidikan sopan santun anak dapat dikembangkan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sabdawara (2001) bahwa bahasa Jawa dapat digunakan sebagai wahana pembentukan budi pekerti dan sopan santun karena kaya dan lengkap dengan perbendaharaan kata sebagai bahasa yang meliputi: fungsi, aturan atau norma kebahasaan, variasi atau tingkatan bahasa, etika dan nilai-nilai budaya yang tinggi dengan segala peran fungsinya.

       Pendidikan unggah-ungguh merupakan pengetahuan tentang etika, estetika dan tata krama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan, pekerjaan dan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan utama pendidikan unggah-ungguh adalah menanamkan nilai moral kepada siswa, bertingkah laku sopan, santun dan mandiri (Yana:2010). Sejalan dengan pendapat tersebut bahasa Jawa adalah salah mata pelajaran yang didalamnya mengandung karakter-karakter yang harus dimiliki siswa pada masa sekarang ini, mengingat generasi pada masa sekarang ini yang dikenal dengan generasi Z, sudah banyak yang meninggalkan etika-etika ataupun nilai kesopanan yang selama ini menjadi salah satu identitas masyarakat Jawa. Hal ini dapat dilihat dari kekeliruan siswa dalam menggunakan ragam bahasa untuk berkomunikasi kepada Guru maupun orang yang dianggap lebih tua, Selain itu lunturnya nilai tatakrama antara siswa dan guru,  karena nilai-nilai karakter juga masuk kedalam materi yang diajarkan disekolah, sebagai contoh materi Paramasastra. Sehingga pembelajaran bahasa Jawa di sekolah diharapkan mampu membangun karakter siswa.


Daftar Pustaka:

Sabdawara. 2001. Pengajaran Bahasa Jawa Sebagai Wahana Pembentukan Budi Pekerti Luhur. Makalah Konggres. Yogyakarta: Konggres Bahasa Jawa III. 

Suharti.,2001,Pembiasaan Berbahasa Jawa Krama dalam Keluarga Sebagai Sarana Pendidikan Sopan Santun. Makalah Konggres. Yogyakarta: Konggres Bahasa Jawa III.

Yana MH,2010, Falsafah dan Pandangan Hidup Orang jawa, Yogyakarta, Absolut



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top