Posted by CB Magazine on Jumat, 14 Juli 2017 |
Mitra Usaha
 |
Karyawan Krupuk Rambak Budi Lestari sedang membungkus krupuk rambak |
Krupuk Rambak
Budi Lestari
Jagang
Gadingan Sukoharjo
Utamakan Kualitas Hindari Prasangka
Sukoharjo - Kriuk..kriuk..kriuk..kedengaranya renyah ketika orang
memakan krupuk rambak. Krupuk rambak biasanya dijadikan teman saat santap
makan. Mungkin saja ada yang merasa ada yang kurang jika makan tidak ditemani krupuk
rambak. Kerenyahan krupuk rambak tersebut tidak terlepas dari keahlian yang
membuatnya.
Berkaitan dengan krupuk rambak, majalah LARISE berkesempatan
menyambangi tempat pembuatan krupuk rambak di Jagang Gadingan Mojolaban
Sukoharjo yakni krupuk rambak Budi Lestari. Nama Budi Lestari diambil dari pemilik
sekaligus pembuatnya. Menurut pengakuan Pak Budi begitu sapaanya krupuk rambak
yang diproduksinya sejak 23 tahun yang lalu. Modal awal yang dibutuhkan Rp.
15.000,- untuk pembuatan pertama 2 kg bahan.
“Dulu per bungkus saya jual Rp. 50,- dan Rp. 100,-
tapi sekarang sudah perbungkus Rp. 500,-. Pemasarannya diambil oleh tengkulak
yang sudah menjadi pelanggan tetap. mereka datang sendiri ke sini. Saya tidak
pernah melakukan promosi.” Jelasnya.
Lanjut pak Budi mengatakan dirinya terus berupaya
menjaga kualitas dan pelayanan kepada pelanggan agar pelanggan tidak
meninggalkannya. Langkah yang dilakukannya salah satunya tetap menjaga
kesopanan dan menerima keluhan dari pelanggan jika ada barang yang tidak
berkenan langsung diperbaiki. “Pelanggan saya yang kebanyakan tetangga dekat,
ada yang dari daerah Baki Sukoharjo, Nusukan dan ada juga dari Flores, Ambon
yang pesan krupuk rambak dalam bentuk mentahan belum digoreng. Pelanggan dari
daerah jauh biasanya pesan dulu lalu barang kita antar ke alamat sesuai pemesanan,”
tuturnya.
Dikatakan juga pemesanan paling ramai saat musim
liburan dan paling banyak dalam bentuk mentah. Pesanan paling sedikit 1 kwintal
dan paling banyak 5 kwintal. “Kendala yang dihadapi itu pada saat musim
penghujan. Bahan sulit kering, kalau pun kering menggunakan panggangan tidak
sesempurna pengeringan pakai sinar matahari. Begitu pula saya juga belum punya
mesin oven pengering sementara ini dipanasi sendiri dengan cara dipanggang
pakai arang dan itu menyebabkan modal produksi naik,” katanya.
Disinggung mengenai hasil produksinya sekarang, pak
Budi menuturkan dirinya mampu memproduksi krupuk rambak sebanyak 1 kwintal
perhari. Selain itu, selama dia berwirausaha sampai saat ini merasa tidak ada
persaingan dengan produksi rambak ditempat lain. Hal ini dikarenakan penetapan
harga pokok jual selalu ada komunikasi yang baik dengan produksi rambak yang
lain sehingga ada kesamaan harga yang dapat menekan persaingan tidak sehat.
“Saya selalu mengutamakan berpikir positif dan
berprasangka baik. Ide pembuatan krupuk rambak ini berawal dari ikut jadi
pekerja pembuat krupuk rambak di salah satu tempat industri. Ada pemikiran
mendirikan usaha sendiri di rumah, berkat dukungan istri saya keluar dari
pekerjaan dan buat usaha sendiri yang berjalan sampai sekarang,” ungkap pria
kelahiran Oktober 1971 ini di kediamannya beberapa waktu lalu. (Sofyan/r)
Tidak ada komentar: