Posted by CB Magazine on Rabu, 25 Oktober 2017 |
Pendidikan
 |
Sean
Stellfox, M.TESOL (Dosen FIB UNS), saat menyampaikan materi pembelajaran kreatif. |
 |
Pembicara saat foto bersama jajaran Rektorat |
Workshop Creative Teaching Univet Bantara Sukoharjo
Sukoharjo - Creative Teaching atau pembelajaran
kreatif merupakan salah satu memperkokoh eksistensi seorang pengajar ketika
nanti era guru dan dosen tidak dibutuhkan lagi, mereka masih tetap eksis dibutuhkan oleh masyarakat. Seperti
saat ini fenomena bidang ekonomi keberadaan taksi konfensional dan beberapa
perusahaan department store mulai ditinggalkan masyarakat berganti ke online.
Fenomena tersebut sedikit demi sedikit bergeser ke dunia pendidikan.
Hal tersebut diungkapkan Rektor Univet Bantara Sukoharjo,
Prof. Dr. Ali Mursyid. W.M, M.P saat memberikan sambutan Workshop Creative Teaching yang diselenggarakan Program Studi
Bahasa Inggris FKIP Univet Bantara Sukoharjo, Rabu (25/10) di Ruang Auditorium
kampus setempat.
“Barang siapa yang profe
sional secara
nyata maka nanti akan tetap eksis dibutuhkan masyarakat. Ditunjang pemahaman
dan penguasaan teknologi informasi. Kalau guru tidak bisa buka WA, Face Book
maupun aplikasi lainnya siap-siap tidak dipakai masyarakat lagi,” ungkapnya
dihadapan 392 peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan guru SD, SMP, SMA,
SMK.
Lebih lanjut, Prof. Ali Mursyid berpesan melalui workshop
ini akan menghantarkan dosen dan guru menjadi insan pengajar profesional yang
nantinya tidak tersingkir takala badai digitalisasi sudah merambah pada dunia
pendidikan.
Sementara itu, Ketua Panitia kegiatan, Mas Sulis Setiyono,
S.Pd, M.Hum mengatakan workshop menghadirkan tiga pembicara yakni Sean
Stellfox, M.TESOL (Dosen FIB UNS), Yuyun Yulia, P.hD (Dosen Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, Muhammad Irfan, M.Pd (Dosen Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta).
Pembicara Sean Stelifox, M.TESOL dari Amerika Serikat yang saat ini sebagai
Dosen di FIB UNS mengutarakan tentang pembelajaran kreatif terkait cara-cara
materi pembelajaran lebih mudah dipahami siswa dan guru lebih kreatif. Yuyun Yulia, P.hD menyampaikan materi tentang
kurikulum terkait alat bantu pengajaran diera digital pada studi kasus yang ada
di Yogyakarta. Sedangkan Muhammad Irfan, M.Pd menerangkan tentang pengoperasian
tutorial Edmodo.
“Edmodo seperti media pembelajaran lainnya, bisa manjadi
hanya sebuah platform online untuk mendorong pembelajaran guru, atau dapat
menjadi cara lebih kreatif untuk melibatkan para siswa dalam pembelajaran
kolaboratif dan kognisi terdistribusi,” terang Muhammad Irfan.
Kemudian, Ia menyampaikan Edmodo menyediakan lingkungan di
mana mengajar dan belajar dapat menghasilkan kegembiraan siswa, siswa menjadi
lebih mandiri tanpa melupakan standar pengukuran keberhasilan siswa.
“Tidak dipungkiri siswa akan menyukai pembelajaran lewat platform ini dan ketika siswa merasa
senang keinginan mereka untuk dapat mengatasi materi baru dan sulit akan
meningkat. Edmodo adalah salah satu cara untuk membangun semangat siswa untuk
belajar,” jelasnya. (Sofyan)
Tidak ada komentar: