GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
HARI PENDIDIKAN SEBAGAI REFLEKSI GURU PPKN MENUMBUHKAN SEMANGAT NASIONALISME
HARI PENDIDIKAN SEBAGAI REFLEKSI GURU PPKN MENUMBUHKAN SEMANGAT NASIONALISME
Oleh: Budy Dwi Maryanty, S.Pd
SMK Ibu S. Soemoharmanto Jatipurno, Wonogiri Jawa Tengah
Budy Dwi Maryanty, S.Pd |
Peringatan Hari Pendidikan Nasional memang sudah beberapa hari berlalu. Tepatnya 2 Mei yang merupakan tanggal ditetapkan oleh pemerintah untuk memperingati Hardiknas yang tidak lain adalah tanggal kelahiran tokoh pendidikan kita yakni Ki Hadjar Dewantara.
Pahlawan Pendidikan ini berjuang di masa kolonialisme dengan segala tantangan yang ada di masa itu demi memajukan kualitas sumber daya manusia Indonesia hingga berdirilah sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa. Semangatnya begitu membara dan rela berkorban untuk bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi sekalipun di masa itu kita sedang dijajah oleh Belanda. Karena jasa-jasanya yang telah berhasil merintis pendidikan umum di Indonesia maka beliau diberi julukan sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Tak hanya itu, semboyan beliau tentang pendidikan hingga kini masih tetap eksis yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan menjadi panutan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah memberikan semangat), Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dukungan).
Seperti itulah seharusnya pendidik di Indonesia, di mana pun posisinya tetap memberikan yang terbaik demi bangsa dan negara. Tak perlu melihat status yang disandang oleh seorang guru baik itu guru swasta maupun guru negeri karena tugasnya sama yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, bersatu membangun pendidikan generasi penerus bangsa untuk masa depan yang lebih cerah.
Namun sayangnya, fakta di lapangan tentang pendidikan kita masih sangat memprihatinkan. Dilansir dari laman ayomenulis.id berdasarkan survei pendidikan yang dilakukan oleh PISA pada tahun 2018 lalu, Indonesia menempati urutan ke-74 dari 79 negara yang mengikuti survei kemampuan membaca, Matematika, dan Sains tersebut. Lalu apa yang salah? Bukankah setiap tahun kita sudah melakukan evaluasi dan tentunya menerapkan kebijakan-kebijakan yang terbaik bagi proses pendidikan di Indonesia? Ya, inilah PR kita bersama sebagai pendidik dan mengupayakan yang terbaik dari apa yang kita bisa lakukan.
Sebuah contoh kecil yang bisa dilakukan dalam rangka memperbaiki pendidikan di Indonesia oleh seorang guru PPKn misalnya menumbuhkan semangat nasionalisme, rela berkorban serta semangat berjuang tak hanya bagi dirinya sebagai pendidik tetapi juga mengajarkannya pada anak-anak didiknya. PPKn adalah salah satu mata pelajaran yang sangat tepat untuk menanamkan karakter-karakter kebangsaan tersebut karena materi yang ada di dalamnya berkaitan erat dengan Negara Indonesia baik dari segi hukum, peraturan perundang-undangan, demokrasi, norma, Bhinneka Tunggal Ika, cinta tanah air dan masih banyak lagi. Paling tidak semangat nasionalisme akan hadir dalam jiwa setiap siswa. Dengan demikian mereka akan sadar betapa pentingnya pendidikan bagi diri mereka sendiri maupun bagi bangsa dan negara. Karena dengan belajar dan berprestasi mereka akan mampu menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia bisa.
Tak hanya menumbuhkan semangat nasionalisme, seorang guru PPKn juga harus selalu mengupgrade kemampuan dirinya ketika mengajar misalnya dengan menggunakan media pembelajaran abad 21 yang berbasis TPACK dan mengedepankan HOTs dalam setiap pembelajarannya. Apalagi di era pendidikan digital seperti sekarang semua memang berkaitan erat dengan teknologi. Satu hal yang tidak bisa dilupakan adalah esensi dari mata pelajaran PPKn itu sendiri yakni tentang Pendidikan Kewarganegaraan, seorang guru PPKn harus senantiasa mendidik siswa dan membimbingnya menjadi warga negara yang baik.
Semangat Ki Hadjar Dewantara dan juga euforia dari Hari Pendidikan Nasional itu sendiri harus tetap menjadi pedoman karena memang menjadi seorang guru tidaklah mudah dan selalu ada tantangan ketika menjalankan tugas mulianya dalam mendidik siswa. Tetap semangat dan jadilah guru terbaik di manapun Anda berada.
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI Oleh : Wahyu Sri Ciptaningtyaswuri, S.Pd.SD Guru SDN Kaliayu, Cepiring, Kendal Jawa Tengah Wahyu Sri Ciptaning...
-
PENYEBAB RENDAHNYA MINAT MEMBACA SISWA Oleh : Apriyati SDN Penyarang 04, Sidareja, Cilacap Jawa Tengah Apriyati Membaca merupakan keg...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
PENTINGNYA PENGGUNAAN BAHASA JAWA KRAMA DIKALANGAN REMAJA PADA ABAD 21 Oleh : Kunaniyah, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP Islam Al Bayan Wiradesa,...
-
PERMAINAN OLAHRAGA DALAM PENJAS ADAPTIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh : Agus Dwi Surahman, S.Pd Guru SLB BC YSBPD Wuryantoro, Wonogiri ...
Tidak ada komentar: