GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
PENTINGNYA BELAJAR SASTRA
PENTINGNYA BELAJAR SASTRA
Oleh : Lutfi Maulana
Guru Bahasa Indonesia SMK Kesehatan Medika Farma Petarukan Pemalang, Jawa Tengah
Lutfi Maulana |
“Siapa yang belajar sastra, maka akan halus hatinya (pekertinya)” begitulah kata Ibnu Qayyim al-Jauzizah. Dari ungkapan tersebut masyarakat seharusnya tidak menafikan sastra yang pada hakikatnya sangat penting bagi diri mereka. Jika membaca ungkapan Ibnu Qayyim, apa jadinya jika sastra diajarkan pada anak-anak sejak usia dini? Tentu akan menimbulkan efek yang positif bagi kehidupan mereka di masa mendatang. Tetapi sayangnya banyak yang mengesampingan pembelajaran sastra di lingkungan pendidikan kita. Bahkan tidak jarang masyarakat lebih mengutamakan bidang sains untuk menunjang prestasi belajar anak-anaknya. Hal tersebut lantaran sastra dianggap sebagai karya imajinatif pengarang yang penuh kebohongan dan hanya sekedar penghibur untuk mengisi waktu luang. Padahal karya sastra memiliki pesona tersendiri bila kita mau membacanya. Karya sastra dapat membukakan mata pembaca untuk mengetahui budaya dalam bingkai moral dan estetika. Selain itu dapat melatih kepekaan seseorang terhadap realita, menghaluskan perasaan dan membentuk kepribadian serta budi pekerti luhur. Sehingga kita lebih peduli dengan sesama.
Mengapa sastra penting bagi kehidupan? Sastra merupakan ceriminan masyarakat yang di dalamnya terdapat nilai-nilai kehidupan yang dapat menjadi refleksi bagi masyarakat itu sendiri supaya kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan harmonis.
Stigma sastra di Indonesia menjadi sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan sehingga berimabas pada minat literasi yang sangat rendah. Hal itu dibuktikan dari sebuah survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) sejak 2019 hingga 2021 Indonesia menempati ranking 62 dari 70 negera dengan tingkat literasi yang rendah. Tentu itu bukan hal yang menjadi prestasi luar biasa tetapi menjadi sebuah PR besar untuk negara supaya cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tidak hanya sekadar tulisan pada Undang-undang.
Pada masalah ini revolusi tentu sangat diperlukan, salah satunya adalah dengan membangkitkan minat masyarakat terhadap sastra. Mengapa? Sastra bisa menjadi pintu gerbang sekaligus kendaraan untuk membuka pengetahuan dunia, baik itu sejarah, perubahan peradaban, dan kearifan.
Dengan membaca karya-karya sastra sesungguhnya kita seperti sedang makan makanan dengan kandungan vitamin yang tinggi untuk pikiran kita yang tentunya akan menambah banyak sekali manfaat selain menghibur dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Seperti ungkapan penyair Romawi yang terkenal Quintus Horatius Flaccus “dulce et utile” fungsi utama dari sastra adalah menyenangkan dan bermanfaat. Tetapi sayangnya masyarakat masih kurang kesadaran atas hal itu.
Pengabaian sastra dalam masyarakat berakar pada buruknya sistem pendidikan di Indonesia yang hanya membiasakan siswa untuk menghafal jalan sebuah cerita dan menuliskan sinopsisnya. Siswa tidak bimbing untuk membaca, mengapresiasi serta tidak diajak untuk menyelami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Akibatnya siswa menganggap sastra hanya sebagai karya imajinatif dan media hiburan saja. Sehingga sastra cenderung dihindari dan siswa malas untuk membaca yang berdampak pada rendahnya literasi di Indonesia.
Lalu, apa yang mesti dilakukan agar minat terhadap sastra bangkit dan literasi menjadi baik? Salah satunya adalah dengan cara mengubah budaya yang sudah mengakar dengan menerapkan pembiasaan membaca sejak dini. Para guru di sekolah bukan hanya mengajar, tetapi harus membimbing untuk menciptakan budaya literasi di sekolah. Sebagai contoh guru di Kanada mereka sering melakukan bedah buku sastra yang siswa sukai, dan jika ada persoalan yang sulit dipecahkan, guru akan membahas bersama sebagai upaya membuka pengetahuan baru bagi siswa. Bukan sesuatu hal yang tidak mungkin, dengan mencontoh negara-negara yang tingkat literasinya sangat baik kemungkinan besar sastra akan lebih dicintai dan diminati masyarakat serta menjadi bangsa yang betul-betul cerdas dan siap menghadapi peradaban yang kompleks.
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI Oleh : Wahyu Sri Ciptaningtyaswuri, S.Pd.SD Guru SDN Kaliayu, Cepiring, Kendal Jawa Tengah Wahyu Sri Ciptaning...
-
PENYEBAB RENDAHNYA MINAT MEMBACA SISWA Oleh : Apriyati SDN Penyarang 04, Sidareja, Cilacap Jawa Tengah Apriyati Membaca merupakan keg...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
PENTINGNYA PENGGUNAAN BAHASA JAWA KRAMA DIKALANGAN REMAJA PADA ABAD 21 Oleh : Kunaniyah, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP Islam Al Bayan Wiradesa,...
-
PERMAINAN OLAHRAGA DALAM PENJAS ADAPTIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh : Agus Dwi Surahman, S.Pd Guru SLB BC YSBPD Wuryantoro, Wonogiri ...
Tidak ada komentar: