GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
PENDIDIK YANG MENGAJAR DAN MENDIDIK
PENDIDIK YANG MENGAJAR DAN MENDIDIK
Oleh : Inoe Saputro, S.Pd
SD Islam NDM Kauman Surakarta, Pasar Kliwon, Kota Surakarta
Inoe Saputro, S.Pd |
Seringkali kita temukan banyak anak didik yang pintar tapi memiliki attitude yang kurang baik. Padahal kecerdasan dan attitude harus sama-sama dimiliki oleh anak didik kita. Keseimbangan ilmu dan sikap juga perlu diajarkan pada anak-anak didik. Lalu sebenarnya apa sih yang salah sehingga banyak kasus anak didik yang pintar tapi kurang baik attitudenya?
Apa saja kesalahan yang sering dilakukan oleh pendidik sehingga mencetak generasi yang cerdas tapi tidak memiliki attitude yang baik.
1. Melupakan Esensi Lembaga Pendidikan
“Aku ini sudah berusaha rajin Pak. Aku juga sudah berusaha jujur Pak. Tapi kenapa aku kok malah gagal!”, kata seorang siswa berkeluh kesah. Sebut saja Ragil, dia berusaha untuk menjadi siswa yang rajin. Ia bersungguh-sungguh dalam belajar. Ia banyak membaca buku, tugas guru tak pernah ia lalaikan. Ia Ingin memiliki beragam ilmu. Setiap ujian, dia kerjakan tidak hanya dengan benar, melainkan juga dengan kejujuran. Tapi, semua yang ia lakukan justru menuai cemoohan. Ia dikatakan kutu buku, dianggap sok pintar, dan dijuluki sang profesor. Apalagi saat ujian, kebiasaannya mengerjakan soal dengan jujur itu justru menjadi bahan tertawaan. Di kelasnya, dia justru mendapat nilai terendah, walau nilainya tergolong masih memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) bahkan masih di atasnya. Namun nilai itu masih di bawah teman-temannya yang memiliki nilai hampir sama, bahkan sama persis karena nilai itu merupakan hasil contekan.
Mencetak manusia pintar bisa dilakukan dengan jalan pintas, namun mencetak manusia terdidik butuh proses panjang dan kesabaran.
Potret sekolah yang seperti ini, jelas membuat kita malu. Jika yang terjadi demikian adanya maka dapat dikatakan sekolah kita bukanlah lembaga pendidikan, sekolah kita hanyalah sebuah lembaga pengajaran. Sebab lembaga pendidikan pastilah akan mendidik siswanya. Mendidik adalah memproses siswa menjadi baik, sedangkan mengajar adalah memproses orang menjadi pintar. Jika sekolah hanya menjadi sebuah lembaga pengajaran, akibatnya siswa kita hanya ‘pintar’ tetapi tidak ‘baik.’ Potret sekolah yang demikian akan menjadi parah dampaknya, demikian juga halnya jika diterapkan dalam sistem pendidikan di rumah dan di lingkungan.
Nah, jadi kita perlu selalu mengingat esensi dari pendidikan itu sendiri, yang tidak hanya memintarkan anak bangsa, melainkan untuk menjadikan generasi bangsa berakhlakul karimah.
2. Melupakan Tugas Utama Seorang Pendidik
Sebagai seorang pendidik kita harus mengutamakan tugas utama kita untuk mencetak generasi bangsa yang cerdas dan berakhlak. Mencetak manusia pintar bisa dilakukan dengan jalan pintas, namun mencetak manusia terdidik butuh proses panjang dan kesabaran. Menjadi orang yang terpelajar memang dapat mendukung kesuksesan kita dalam dunia karir, namun jika hanya menjadi terpelajar tanpa terdidik, kita akan menjadi seseorang yang bisa merugikan orang lain. Ibaratnya begini, orang terpelajar akan mudah membeli mobil, namun dengan mobilnya itu justru dia rajin membuang sampah di jalan atau mengemudikan mobil ugal-ugalan sehingga membuat orang lain celaka. Sebab apa? Sebab dia tidak terdidik
Banyak lembaga di negara ini yang mengalami kebangkrutan, miliaran rupiah pun musnah, hanya karena orang terpelajar tapi tidak terdidik. Jadi apa yang salah? Ya, mungkin kita salah mencapai tujuan, sekolah kita telah banyak menghasilkan orang-orang terpelajar namun kurang terdidik. Begitupun dengan para pendidik, yang seringkali terfokus pada tujuan menjadikan anak didik cerdas, tapi lupa atau lengah untuk menjadikan anak berkarakter baik. So, jika ingin anak didik menjadi pribadi yang benar-benar sukses, jadikan diri kita orang terdidik yang bukan hanya terpelajar. Bagaimanapun, pendidiklah yang nantinya akan menjadi suri tauladan bagi anak didiknya.
Nah, dua masalah itu seringkali terjadi di lingkungan pendididikan. Mugkinkah juga pernah terjadi pada kita? Meski pernah, yuk kita perbaiki agar pendidikan di negeri tercinta ini semakin baik. Tentunya, segala perbaikan perlu dimulai dari diri kita sendiri. Karena untuk mencetak generasi bangsa yang cerdas dan berakhlak membutuhkan pendidik-pendidik yang juga cerdas dan berakhlak. Maka, marilah menjadi pendidik yang cerdas dan beraklah, serta pendidik yang benar-benar mendidik dalam tiap pengajaran.
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
PENYEBAB RENDAHNYA MINAT MEMBACA SISWA Oleh : Apriyati SDN Penyarang 04, Sidareja, Cilacap Jawa Tengah Apriyati Membaca merupakan keg...
-
PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI Oleh : Wahyu Sri Ciptaningtyaswuri, S.Pd.SD Guru SDN Kaliayu, Cepiring, Kendal Jawa Tengah Wahyu Sri Ciptaning...
-
PENTINGNYA PENGGUNAAN BAHASA JAWA KRAMA DIKALANGAN REMAJA PADA ABAD 21 Oleh : Kunaniyah, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP Islam Al Bayan Wiradesa,...
-
PERMAINAN OLAHRAGA DALAM PENJAS ADAPTIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh : Agus Dwi Surahman, S.Pd Guru SLB BC YSBPD Wuryantoro, Wonogiri ...
Tidak ada komentar: