GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA WAYANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUKAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA WAYANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUKAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL
Oleh: Ariyani S.Pd
SMP Negeri 6 Batang Jawa Tengah
Ariyani S.Pd |
Keterampilan berbahasa yang dilakukan setiap hari salah satunya keterampilan menyimak. Melalui menyimak mampu memperlancar proses komunikasi seseorang dan menambah informasi. Menyimak yang sering dilakukan setiap hari menyimak pembicara orang lain. Menurut Saleh Abas (2006:63) menuturkan menyimak merupakan proses untuk mengorganisasikan apa yang didengar dan menempatkan pesan suara-suara yang didengar ditangkap menjadi makna yang dapat diterima. Sedangkan menyimak cerita adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman serta apresiasi dari cerita yang disampaikan.
Cerita wayang menganut prinsip-prinsip estetika timur seperti prinsip keseimbangan, kesatuan, keteraturan, fokus, variasi, pola karakterisasi, tidak membedakan pola struktur tragedi komedi, menekankan keindahan rasa, dan sekaligus menjadi ensiklopedi hidup. Unsur cerita wayang dapat dilihat dari aspek ajaran moral yang dikandung, alur cerita dan karakter tokoh (Burhan Nurgiantoro, 2018:209).
Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan penulis ditemukan peserta didik belum dapat menyimak cerita dengan baik. Hal yang menjadi akar penyebab masalah antara lain, pertama peserta didik tidak tertarik dalam cerita wayang Ramayana karena menggunakan Bahasa krama. Kedua, peserta didik belum seluruhnya mengetahui bahwa keterampilan menyimak juga bermanfaat dalam kehidupan sehari – hari, tidak hanya untuk dipelajari disekolah saja, akan tetapi memiliki manfaat yang banyak dalam penggunaan secara umum. Ketiga adalah datang dari guru itu sendiri dimana guru masih menggunakan media pembelajaran yang kurang menarik perhatian peserta didik. Guru masih banyak menggunakan cara yang konvensional dalam menjelaskan materi, guru belum menerapkan model pembelajaran yang memusatkan pembelajaran kepada peserta didik, serta kurangnya penerapan atau pemanfaatan TPACK dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu alternatif solusi untuk meningkatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Metode pembelajaran yang menarik juga merupakan faktor untuk meningkatkan keaktifan peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung. Dengan majunya teknologi kini pembelajaran dapat dibuat dengan metode yang menarik dengan menggunakan TPACK sehingga peserta didik lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran.
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran berdasarkan prinsip penanganan masalah sebagai titik pangkal untuk mendapatkan dan mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang baru (Barrows: 1980). Sedangkan Sudarman (2007) menyatakan landasan dari Problem Based Learning (PBL) adalah kolaboratif peserta didik menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang dimilikinya dan dari semua yang diperoleh dari hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama teman. Melalui Problem Based Learning (PBL) diharapkan peserta didik dapat memecahkan masalah dengan beragam solusi alternatif, serta dapat mengidentifikasi penyebab masalah yang ada.
Langkah – langkah pembelajaran yang dilakukan penulis menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning berbantukan media pembelajaran Audio Visual sebagai berikut: Kegiatan Pendahuluan (10 menit) yaitu Guru mengucapkan salam dan berdoa yang dipimpin salah satu peserta didik. Guru melakukan presensi peserta didik, guru melakukan presensi dan memastikan kesiapan belajar peserta didik. Guru menyampaikan motivasi dan apersepsi pertanyaan pemantik.Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru bersama perserta didik melakukan Ice Breaking.
Kegiatan Inti (60 menit). Tahap 1 Orientasi peserta didik pada masalah. Peserta didik menyimak materi dari Canva yang disajikan guru. Peserta didik bersama guru melakukan tanya jawab perihal cerita Wayang Ramayana yang disampaikan, sekaligus untuk melihat kemampuan awal peserta didik dengan menggunakan permainan kata berantai.
Tahap 2 Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar. Peserta didik membentuk 5 kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 anggota. Peserta didik menyimak cerita Wayang Ramayana yang telah diputar guru dan atau dibagikan guru lewat HP.
Tahap 3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Guru memantau dan memastikan keterlibatan setiap peserta didik dalam jalannya diskusi. Peserta didik berdiskusi tentang mencari unsur struktural dalam cerita Wayang Ramayana. Peserta didik berdiskusi membuat sinopsis cerita Wayang Ramayana. Peserta didik bersama guru melakukan tanya jawab terkait tata cara pengerjaan LKPD yang masih belum dipahami.
Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (PBL). Masing – masing kelompok menyampaikan hasil diskusi menggunakan LKPD unsur struktural. Setiap kelompok memperhatikan presentasi dari kelompok lain untuk memberikan tanggapan dengan Bahasa yang santun. Peserta didik bersama guru mendiskusikan hasil presentasi dan memberikan penjelasan sebagai penguatan.
Tahap 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (PBL). Guru dan peserta didik membahas setiap jawaban kelompok. Masing – masing kelompok memberikan tanggapan atau masukan terhadap jawaban kelompok lain. Guru mengevaluasi dan menyimpulkan hasil dari kegiatan diskusi. Peserta didik mengerjakan soal sumatif (melalui google form)
Kegiatan Penutup (10 menit). Peserta didik membuat rangkuman/ simpulan terkait dengan materi yang dipelajari pada hari ini dengan penuh antusias, cermat dan tepat. Peserta didik menyatakan perasaannya setelah mempelajari materi dengan menggunakan google form. Guru menyampaikan materi berikutnya yang akan dipelajari. Guru menutup dengan berdoa.
Dampak dari aksi dan langkah – langkah yang dilakukan hasilnya sangat efektif dan berdampak positif. Hal ini dapat dilihat dari Model Pembelajaran Problem Based Learning yang membuat peserta didik lebih aktif dalam menyelesaikan masalah secara berkelompok khususnya masalah-masalah yang dihadapi peserta didik pada materi menyimak cerita wayang Ramayana. Media pembelajaran audiovisual membantu peserta didik dalam mendapatkan data - data dengan pengamatan langsung.
Pemanfaatan teknologi (TPACK) antara lain audiovisual dan google formulir dirasa sangat membantu dalam menarik perhatian peserta didik dan membuat peserta didik lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Terutama pada saat kegiatan pembelajaran menyimak cerita wayang Ramayana dan kegiatan presentasi. Proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sangat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran didalam kelas dan dan dalam mengemukakan pendapatnya terutama pada saat diskusi kelompok. Hal tersebut membuat peserta didik lebih termotivasi dalam meningkatkan keterampilan pembelajaran. Kegiatan assesmen awal diagnostik peserta didik memperoleh persentasi ketuntasan 50% dan pada kegiatan formatif diagnostik memperoleh persentase ketuntasan 100%. Jika keduanya dibandingkan maka diperoleh persentase peningkatan kemampuan peserta didik sebanyak 50 %.
Dilihat dari Refleksi Pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung, peserta didik hampir secara keseluruhan sangat senang dan bersemangat pada saat kegiatan pembelajaran didalam kelas. Peserta didik terlihat memiliki daya saing yang lebih besar ketika harus bersaing dengan teman – temannya di kelas. Kegiatan pembelajaran pun terlihat lebih aktif dengan media pembelajaran dan pemanfaatan teknologi yang digunakan oleh guru karena sangat membantu peserta didik dalam memahami materi cerita wayang Ramayana yang diajarkan. Faktor pembelajaran ini sangat ditentukan akan penguasaan guru dalam mengelola kelas dengan menerapkan model pembelajaran berbasis TPACK, media pembelajaran yang menarik perhatian peserta didik serta langkah-langkah pembelajaran pada modul ajar yang telah dibuat. Semua faktor tersebut harus berjalan dengan baik supaya pembelajaran didalam kelas berjalan lancar, sesuai dengan rencana dan peserta didik menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
PENYEBAB RENDAHNYA MINAT MEMBACA SISWA Oleh : Apriyati SDN Penyarang 04, Sidareja, Cilacap Jawa Tengah Apriyati Membaca merupakan keg...
-
PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI Oleh : Wahyu Sri Ciptaningtyaswuri, S.Pd.SD Guru SDN Kaliayu, Cepiring, Kendal Jawa Tengah Wahyu Sri Ciptaning...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
PENTINGNYA PENGGUNAAN BAHASA JAWA KRAMA DIKALANGAN REMAJA PADA ABAD 21 Oleh : Kunaniyah, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP Islam Al Bayan Wiradesa,...
-
PERMAINAN OLAHRAGA DALAM PENJAS ADAPTIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh : Agus Dwi Surahman, S.Pd Guru SLB BC YSBPD Wuryantoro, Wonogiri ...
Tidak ada komentar: