GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
PENERAPAN PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) DENGAN TEKNIK DISPUTE KOGNITIF UNTUK MENGATASI RENDAHNYA KONSEP DIRI SISWA DALAM PERILAKU MEMBUAT SAYATAN (BARCODE) DIPERGELANGAN TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN BENDA TAJAM (SELF INJURY/SELF HARM)
PENERAPAN PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) DENGAN TEKNIK DISPUTE KOGNITIF UNTUK MENGATASI RENDAHNYA KONSEP DIRI SISWA DALAM PERILAKU MEMBUAT SAYATAN (BARCODE) DIPERGELANGAN TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN BENDA TAJAM (SELF INJURY/SELF HARM)
Oleh: Eka Paryati, S.Pd
Guru Bimbingan dan Konseling SMP Taman Dewasa Karanganyar Kebumen, Jawa Tengah
Eka Paryati, S.Pd |
Bimbingan dan Konseling sebagai bagian integral yang tak terpisahkan dari sistem Pendidikan guna mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara komprehensif. Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 menjelaskan bahwa Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam mencapai kemandirian dalam kehidupannya.
Bila dikaitkan dengan Implementasi Kurikulum Merdeka, peran layanan bimbingan dan konseling dalam Kurikulum Merdeka adalah sebagai koordinator dalam mewujudkan kesejahteraan psikologis peserta didik (student wellbeing) dan memfasilitasi perkembangan peserta didik agar mampu mengaktualisasikan potensi dirinya dalam rangka mencapai perkembangan secara optimal. Selain itu, Bimbingan dan Konseling juga menjadi bagian dalam penyusunan perencanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Akan tetapi permasalahan yang di hadapi oleh guru terhadap perilaku peserta didik beraneka macam. Lingkungan dan keluarga yang broken home sangat mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku pada diri peserta didik sehingga akan berpengaruh pula terhadap psikologi, pola pikir, pola perilaku dalam kehidupan sehari-hari termasuk juga mempengaruhi motivasi dalam belajarnya.
Penulis sebagai peneliti sekaligus guru Bimbingan konseling di SMP Karanganyar Kebumen saat ini sedang menangani masalah dengan memberikan layanan Bimbingan dan Konseling khususnya pada permasalahan siswa dalam mengatasi rendahnya konsep diri siswa dalam perilaku dengan membuat sayatan (barcode) dipergelangan tangan dengan menggunakan benda tajam (self injury/self harm). Permasalahan tersebut tidaklah bisa dianggap remeh, karena sudah menyangkut terhadap keselamatan terhadap dirinya sendiri. Dalam mengatasi permasalahan tersebut penulis menggunakan layanan konseling individual dengan menggunakan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Teknik Dispute Kognitif.
Layanan Konseling Individual dengan pendekatan ini menekankan bahwa tingkah laku yang bermasalah disebabkan oleh pemikiran yang irasional sehingga fokus treatmentnya adalah pemikiran individu. Dalam konsep Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), perilaku manusia memiliki tiga hipotesis fundamental yang menjadi landasan berpikir, yaitu : 1) Pikiran dan emosi saling berkaitan, 2) Pikiran dan emosi biasanya saling mempengaruhi satu sama lain keduanya bekerja seperti lingkaran yang memiliki hubungan sebab akibat, dan pada poin tertentu, pikiran dan emosi menjadi hal yang sama, 3) Pikiran dan emosi cenderung berperan dalam self-talk (perbincangan dalam diri individu yang kerap kali diucapkan oleh individu sehingga menjadi pikiran dan emosi). Sehingga pernyataan internal individu sangat berarti dalam menghasilkan dan memodifikasi emosi individu (Menurut Nelson-Jones, 2005).
Dalam buku Pendalaman Materi PPG Dalam Jabatan tahun 2023 di jelaskan bahwa Teknik Dispute Kognitif adalah usaha untuk mengubah keyakinan irasional konseli melalui philosophical persuation, didactic presentation, Socratic dialogue, vicarious experiences, dan berbagai ekspresi verbal lainnya. Teknik untuk melakukan cognitive disputation adalah dengan bertanya (questioning). Langkah-langkah pembuatan Teknik Dispute Kognitif, antara lain : 1) Membuat pertanyaan-pertanyaan untuk melakukan dispute logic, 2) Pertanyaan untuk reality testing, 3) Pertanyaan untuk pragmatic disputation, yang mengacu pada teori G-A-B-C-D-E.
Berikut pemaparan singkat tentang langkah-langkah yang dilakukan oleh guru sebagai penulis dalam mengatasi permasalahan diatas: 1]. Guru menyusun rencana kegiatan dengan melibatkan seluruh unsur sekolah, wali siswa, komite sekolah serta instansi maupun masyarakat. 2]. Guru selalu aktif melakukan pendekatan dan memberikan pemahaman tentang bahaya perilaku menyakiti diri (Self Harm/Self Injury) baik pada pada siswa bermasalah maupun secara umum. 3]. bagi siswa yang bermasalah,guru mengarahkan konseli dalam perilaku irasionalnya dengan teknik dispute kognitif dengan menerapkan teori A-B-C-D-E dengan bantuan kartu emosi dan LKK. 4]. Sekolah menyiapkan sarana dan prasarana ruang BK yang nyaman dan terjaga rahasianya. 5]. Konselor meminta bantuan kepada warga sekolah untuk mengobservasi perubahan perilaku secara berkala.
Keberhasilan layanan konseling dikarenakan guru BK mengerahkan segala kompetensi dan keterampilan yang dimiliki. Kemudian mendapat ijin dan dukungan moral Kepala Sekolah. Koordinasi dengan wali kelas dan teman sejawat membantu dalam pengumpulan himpunan data sebagai dasar informasi bagi guru BK. Serta hasil dari evaluasi proses, meliputi: keaktifan konseli dalam proses layanan, antusias dalam mengikuti kegiatan disekolah.
Penerapan Layanan Konseling Individu dengan Pendekatan Rational Behavior Therapy Emotive (REBT) teknik Dispute Kognitif terbukti Efektif untuk mengatasi Perilaku menyakiti diri menyayat pergelangan tangan dengan benda tajam (self harm/self injury) pada konseli dengan inisial DA kelas IX. Keberhasilan layanan konseling individu ini, ditunjukkan dengan komitmen konseli dalam melakukan perubahan sikap yang dituliskan pada rencana teknik dispute kognitif, yakni : apabila pikiran irasional tersebut muncul, maka konseli sudah berkomitmen akan mengalihkan ke pikiran yang logis yang lebih positif dengan menyalurkan sesuatu kegiatan yang disukainya (hobi) salah satunya dengan menyanyi dan juga ikut aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI Oleh : Wahyu Sri Ciptaningtyaswuri, S.Pd.SD Guru SDN Kaliayu, Cepiring, Kendal Jawa Tengah Wahyu Sri Ciptaning...
-
PENYEBAB RENDAHNYA MINAT MEMBACA SISWA Oleh : Apriyati SDN Penyarang 04, Sidareja, Cilacap Jawa Tengah Apriyati Membaca merupakan keg...
-
PENTINGNYA PENGGUNAAN BAHASA JAWA KRAMA DIKALANGAN REMAJA PADA ABAD 21 Oleh : Kunaniyah, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP Islam Al Bayan Wiradesa,...
-
PERMAINAN OLAHRAGA DALAM PENJAS ADAPTIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh : Agus Dwi Surahman, S.Pd Guru SLB BC YSBPD Wuryantoro, Wonogiri ...
Tidak ada komentar: