GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATERI PANCA INDRA MELALUI METODE PBL PADA SISWA KELAS 7 TUNAGRAHITA SMPLB DI SLB NEGERI JEPARA
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATERI PANCA INDRA MELALUI METODE PBL PADA SISWA KELAS 7 TUNAGRAHITA SMPLB DI SLB NEGERI JEPARA
Oleh: Nuryati, S.Pd.I
SMPLB SLB Negeri Jepara Jawa Tengah
Nuryati, S.Pd.I |
Sekolah merupakan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Tidak terkecuali di SLB (Sekolah Luar Biasa) merupakan lembaga pendidikan khusus yang dirancang untuk menyediakan pembelajaran bagi individu dengan kebutuhan pendidikan khusus, seperti tunagrahita, tunarungu, atau tunanetra. SLB bertujuan memberikan pendidikan inklusif dan dukungan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Di SLB, pendekatan pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik individu, dengan fokus pada pengembangan keterampilan kognitif, sosial, dan adaptasi.
Guru sebagai pendidik khususnya di SLB memiliki peran yang sangat besar dalam upaya memenuhi layanan pendidikan bagi siswa tunagrahita. Tunagrahita adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk pada kondisi keberlanjutan perkembangan mental dan kecerdasan di bawah taraf normal. Istilah ini umumnya digunakan untuk menggambarkan individu yang mengalami keterbatasan dalam kemampuan intelektual atau kecerdasan mereka (R Rusdiyanto,2011).
Tunagrahita mencakup berbagai tingkat keparahan, dari ringan hingga berat, dan dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk kemampuan belajar, berkomunikasi, dan beradaptasi sosial. Pemahaman dan dukungan yang sesuai dapat membantu individu tunagrahita mengoptimalkan potensi mereka dan berpartisipasi secara penuh dalam masyarakat.
Peningkatan prestasi belajar materi panca indra pada siswa merupakan aspek penting dalam menjawab tantangan inklusifitas pendidikan. Prestasi belajar mengacu pada tingkat keberhasilan seseorang dalam memahami dan menguasai materi pelajaran atau keterampilan tertentu dalam proses pembelajaran. Ini mencakup pencapaian hasil belajar dalam bentuk nilai, pemahaman konsep, keterampilan, dan kemampuan lain yang diukur melalui berbagai bentuk evaluasi, seperti ujian, tugas, atau proyek. Faktor-faktor seperti motivasi, metode pembelajaran, dukungan lingkungan, dan kemampuan individu dapat memengaruhi tingkat prestasi belajar seseorang seperti halnya mempelajari materi pancai indra.
Materi panca indra merujuk pada informasi atau konsep yang terkait dengan lima indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Dalam konteks pendidikan, materi panca indra dapat mencakup pembelajaran tentang bagaimana indra-indra ini bekerja, pentingnya mereka dalam pengalaman manusia sehari-hari, serta dampaknya terhadap persepsi dan interaksi dengan lingkungan.
Penulis sebagai guru kelas 7 tunagrahita di SMPLB SLB Negeri Jepara menggunakan Metode PBL (Problem Based Learning) menjadi pilihan yang relevan untuk meraih tujuan peningkatan prestasi dengan menghadirkan pembelajaran kontekstual dan partisipatif. Selain itu dilatarbelakangi dari pemahaman akan kebutuhan mendalam untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tunagrahita.
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa belajar melalui pemecahan masalah konkret dan kontekstual (I Nugraheni,2018). Pada metode ini, pembelajaran dimulai dengan mempresentasikan suatu masalah atau situasi yang kompleks kepada siswa. Siswa kemudian aktif terlibat dalam penyelidikan, analisis, dan pemecahan masalah tersebut. Pendekatan PBL mendorong partisipasi aktif, kolaborasi antar siswa, dan pengembangan keterampilan kritis, seperti pemecahan masalah, pemikiran kreatif, dan kerja tim.
Dalam PBL, guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa melalui proses pemecahan masalah, bukan hanya sebagai sumber informasi. Pendekatan ini memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang materi pembelajaran dan memperoleh keterampilan yang relevan dengan dunia nyata. PBL sering diimplementasikan dalam berbagai tingkatan pendidikan dan disiplin ilmu untuk meningkatkan pemahaman konsep, motivasi belajar, dan kemampuan berpikir kritis.
Metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siswa tunagrahita memerlukan pendekatan khusus untuk memastikan pembelajaran yang efektif dan inklusif. Pertama-tama, langkah awal melibatkan identifikasi kebutuhan dan kemampuan individu siswa. Evaluasi tingkat pemahaman serta memahami kebutuhan khusus mereka adalah langkah awal dalam menentukan kompleksitas masalah yang sesuai. Pemilihan masalah atau situasi harus relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, memungkinkan mereka terlibat dalam konteks yang berarti dan bermakna.
Setelah itu, pembentukan tim kecil menjadi esensial. Tim-tim ini harus dirancang dengan mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan masing-masing anggota. Fasilitator memiliki peran penting dalam memberikan bimbingan yang mendalam dan mendukung proses pemecahan masalah. Adaptasi materi pembelajaran menjadi kunci dalam memastikan bahwa siswa dengan kebutuhan khusus dapat mengakses informasi dengan lebih efektif. Penggunaan media atau alat bantu, seperti gambar atau papan sentuh, dapat membantu dalam menyampaikan konsep-konsep kompleks.
Evaluasi formatif berkala menjadi instrumen penting untuk memantau kemajuan siswa. Fleksibilitas dalam menyesuaikan pendekatan pembelajaran berdasarkan feedback evaluasi memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan dukungan yang sesuai dengan perkembangan mereka. Penting juga untuk melibatkan orang tua, guru pendamping, dan ahli terkait kesehatan dalam mendukung implementasi PBL. Komunikasi yang terbuka dan kerja sama antar semua pihak menjadi faktor kunci.
Inklusivitas dalam pembelajaran PBL melibatkan penggunaan teknologi pendidikan untuk menyediakan sumber daya tambahan dan mendukung pembelajaran adaptif. Penerapan elemen-elemen dari komunitas lokal dalam proyek juga dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan relevansi siswa. PBL tidak hanya mencakup pemecahan masalah, tetapi juga pengembangan keterampilan sosial. Memotivasi siswa untuk merenungkan pengalaman mereka dan belajar secara mandiri dari proses PBL menjadi poin penting.
Terakhir, monitoring kesejahteraan emosional siswa menjadi bagian tak terpisahkan. Dukungan emosional dan menciptakan ruang untuk diskusi terbuka dapat membantu siswa mengatasi tantangan yang mungkin muncul. Dengan pendekatan metode PBL dapat menjadi sarana pembelajaran yang memberikan pengalaman bermakna bagi siswa tunagrahita, meningkatkan keterlibatan, dan merangsang pemikiran kritis serta kreatif.
Setelah ditetapkan Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas 7 tunagrahita di SMPLB SLB Negeri Jepara menghasilkan dampak positif yang teramati melalui analisis aspek peningkatan pemahaman terjadi peningkatan signifikan dalam pemahaman materi panca indra, mencirikan keberhasilan PBL dalam mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Pada aspek partisipasi siswa, seluruh siswa terlibat aktif dalam kegiatan PBL menunjukkan efektivitas strategi pengajaran dalam menciptakan lingkungan belajar inklusif. Sedangkan aspek keterlibatan sosial adanya peningkatan keterlibatan sosial siswa dalam kelompok, menunjukkan PBL mendorong kolaborasi dan komunikasi efektif di antara mereka. Pada kemajuan Individu dan perkembangan individu menunjukkan peningkatan dalam keterampilan kognitif dan adaptasi, memberikan gambaran positif terhadap efektivitas PBL.
Penerapan Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas 7 tunagrahita SMPLB di SLB Negeri Jepara membawa dampak positif yang mencolok. PBL berhasil meningkatkan prestasi belajar melalui pemahaman materi panca indra dan mendorong partisipasi aktif serta keterlibatan sosial siswa dalam pembelajaran. Analisis perkembangan individu menunjukkan peningkatan kognitif yang signifikan. Fasilitator yang mendukung dan penyesuaian materi menjadi kunci keberhasilan PBL dalam konteks inklusif.
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
PENYEBAB RENDAHNYA MINAT MEMBACA SISWA Oleh : Apriyati SDN Penyarang 04, Sidareja, Cilacap Jawa Tengah Apriyati Membaca merupakan keg...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI Oleh : Wahyu Sri Ciptaningtyaswuri, S.Pd.SD Guru SDN Kaliayu, Cepiring, Kendal Jawa Tengah Wahyu Sri Ciptaning...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
PENTINGNYA PENGGUNAAN BAHASA JAWA KRAMA DIKALANGAN REMAJA PADA ABAD 21 Oleh : Kunaniyah, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP Islam Al Bayan Wiradesa,...
-
PERMAINAN OLAHRAGA DALAM PENJAS ADAPTIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh : Agus Dwi Surahman, S.Pd Guru SLB BC YSBPD Wuryantoro, Wonogiri ...
Tidak ada komentar: