Peran Desain dalam Menciptakan Identitas Budaya yang Berkelanjutan

Print Friendly and PDF

Peran Desain dalam Menciptakan Identitas Budaya yang Berkelanjutan

Oleh: Yazidiz Azmi Zain (Mahasiswa Prodi DKV FSRD ISI Surakarta)


Yazidiz Azmi Zain


       Dalam era globalisasi yang terus berkembang, identitas budaya semakin berisiko tergerus oleh arus homogenisasi budaya. Homogenisasi budaya dianggap sebagai sebuah dunia baru yang modern dan memiliki orientasi hasil sebagai aspek dari globalisasi budaya. Homogenisasi budaya bisa menimbulkan bahaya yang semakin besar terhadap identitas budaya di era globalisasi yang semakin meningkat. Desain komunikasi visual (DKV) sangat penting untuk melestarikan dan meningkatkan identitas budaya yang tahan lama dalam menghadapi bahaya ini. Desain komunikasi visual dapat menciptakan cerita yang menarik dan asli untuk setiap komunitas dengan menjembatani kesenjangan antara tradisi dan modernitas melalui gambar yang dirancang dengan baik.

       Sebagai contoh, batik adalah contoh warisan budaya Indonesia yang diakui oleh UNESCO dan menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 yang telah dihidupkan kembali melalui inisiatif desain yang efektif (Putsanra, 2022). Cara motif batik digunakan dalam branding dan pakaian menunjukkan bagaimana desain dapat relevan secara budaya dan menarik bagi audiens yang lebih muda. Menurut penelitian BSN, seiring dengan semakin banyaknya dikenakan dalam kehidupan sehari-hari, orang Indonesia memandang batik sebagai komponen penting dari identitas nasional mereka dan menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat yang mengerakkan perekonomian masyarakat , meskipun faktanya hanya sedikit dari mereka yang mengenakannya setiap hari (Badan Standardisasi Nasional, 2021).

       Namun, menurut artikel yang menjelaskan bahwa menjaga keberlanjutan identitas budaya memerlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor terkait, serta strategi yang mencakup pendidikan budaya dan inovasi berbasis budaya agar bisa ​mencapai keseimbangan antara orisinalitas dan keaslian merupakan hambatan utama untuk melestarikan identitas budaya melalui desain. Sebuah godaan yang umum terjadi di antara para desainer adalah untuk "memodernisasi" aspek-aspek budaya dengan mengesampingkan makna aslinya. Hal ini dapat menghasilkan jenis "budaya instan" di mana simbol itu sendiri menjadi tidak berarti dan tidak ada hubungannya dengan masa lalu.

       Pendekatan yang lebih teliti terhadap desain diperlukan untuk memecahkan masalah ini. Agar para desainer dapat sepenuhnya memahami arti penting dari ikon-ikon budaya ini, kolaborasi langsung dengan masyarakat setempat sangatlah penting. Selain itu, penting untuk meningkatkan pendidikan tentang pentingnya identitas budaya dalam desain, baik untuk masyarakat luas maupun desainer. Sebagai hasilnya, desain akan digunakan sebagai alat visual untuk melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya yang berkelanjutan.

       Integrasi desain berbasis komunitas dapat menjadi langkah pertama menuju solusi praktis. Desainer dan pengrajin lokal yang bekerja sama dalam proyek-proyek kolaboratif dapat menghasilkan barang-barang yang menakjubkan secara visual dan sangat bermakna. Selain itu, sambil melestarikan keaslian dan signifikansi budaya tradisional, penggunaan teknologi modern dapat membantu membawa budaya tradisional ke khalayak yang lebih luas.

       Oleh karena itu, desain komunikasi visual (DKV) memiliki potensi yang sangat besar untuk melestarikan identitas budaya dalam menghadapi modernisasi, serta merevitalisasinya. Garis pertahanan terakhir untuk warisan budaya kita mungkin adalah desain yang bermakna dan berkelanjutan. 


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top