GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
Oleh: Sulastri, S.Pd
Guru Geografi SMA Negeri 1 Mijen Demak Jawa Tengah
Sulastri, S.Pd |
Guru merupakan profesi yang membanggakan karena mengemban tugas mencerdaskan anak bangsa. Begitu pentingnya peran tersebut, maka dalam menjalankan tugasnya, guru dituntut mengikuti aturan minimal proses pembelajaran yang dikenal dengan Standar Proses Pendidikan. Jika guru mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan tersebut, maka tujuan pembelajaran dapat diraih, harapannya peningkatan kualitas lulusan dapat tercapai dengan baik.
Proses pendidikan adalah proses yang sangat kompleks karena dipengaruhi oleh keterikatan antara pengajar, peserta didik dan media pembelajaran. Ketiga hal tersebut saling mempengaruhi dalam proses pembelajaran dan menentukan keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri.
Seiring dengan majunya bidang pendidikan, salah satu bidang ilmu yang juga berkembang dengan cukup pesat saat ini adalah mata pelajaran Geografi. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala alam (litosfer, pedosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer) dan manusia, serta interaksi antara keduanya. (Silabus Mata Pelajaran geografi 2019).
Obyek kajian geografi adalah hal- hal yang nyata/ kontekstual dipermukaan bumi. Banyak konsep berupa istilah- istilah yang harus dipahami. Jika model pembelajaran yang digunakan masih didominasi ceramah, membuat peserta didik jenuh, bosan, bahkan bisa merasa monoton. (Bobbi, dkk, 2010: 68). Kondisi ini bisa berdampak pada rendahnya motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.
Guru harus selalu berusaha untuk disenangi peserta didik kemampuannya, baik terkait penampilannya, perilakunya maupun penyajian mata pelajaran yang diajarkannya. Perasaan senang tersebut diharapkan dapat membawa pengaruh baik terhadap kelancaran proses pembelajaran, yang selanjutnya akan meningkatkan ketercapaian peningkatan prestasi peserta didik (Zainuddin, 2017: 340).
Dari hasil pengamatan awal yang dilakukan oleh penulis, terlihat peserta didik yang mengikuti pembelajaran cenderung terlihat pasif. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya proses tanya jawab yang terjadi di kelas, sehingga kelas terasa seperti “tidak hidup”. Ketika proses penyampaian materi oleh guru, maupun ketika ruang tanya jawab dibuka, hanya sedikit peserta didik yang bertanya. Hal yang sama juga terjadi pada saat guru mengajukan pertanyaan, hanya sebagian kecil peserta didik saja yang memberikan pendapatnya dalam menjawab pertanyaan tersebut. Permasalahan yang sama juga terlihat pada saat peserta didik selesai melakukan presentasi biasanya diberikan waktu untuk bertanya jawab mengenai permasalahan yang dibahas dalam materi presentasi. Pada saat sesi pertanyaan dibuka, biasanya hanya beberapa peserta didik saja yang mau bertanya, dari sekitar satu kelas peserta didik, hanya kurang lebih 5 atau 6 peserta didik saja yang terlihat mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang sedang melakukan presentasi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis juga dapat dilihat bahwa kemampuan peserta didik mengungkapkan ide dan memberikan pendapat juga rendah. Hal ini terbukti ketika dalam proses pembelajaran, pengajar mempersilahkan peserta didik untuk memberikan ide dan pendapatnya mengenai sebuah kasus atau fenomena yang disajikan sebagai bahan diskusi dan analisa. Hanya sedikit peserta didik saja yang bersedia memberikan pendapatnya, kecuali apabila ditunjuk secara acak atau diminta mewakili sebuah kelompok.
Salah satu tugas dari pengajar adalah mendorong peserta didiknya terlibat aktif dalam keseluruhan proses pembelajaran. Proses tersebut meliputi diskusi, berpikir secara kritis, bertanya, dan menjawab pertanyaan termasuk menjelaskan jawaban yang diberikan, serta mengajukan alasan untuk jawaban tersebut. Ketrampilan berpikir kritis tidak begitu saja dimiliki oleh peserta didik sehingga sangat perlu untuk dilatih. Sementara itu melihat kondisi yang terjadi di lapangan diketahui belum seluruhnya peserta didik dapat berpikir kritis. Berpikir kritis atau biasa disebut berpikir tingkat tinggi merupakan keterampilan berpikir mengolah segala informasi, observasi dan permasalahan yang didapat, dengan membuat keputusan apa yang harus dilakukan disertai dengan logika. Hal ini membuat berpikir menjadi hal yang dirasa penting terutama dalam proses pembelajaran. Seseorang dalam berpikir pada dasarnya didik akan melatih dan mengasah ketrampilan berpikir kritis mereka untuk memperoleh pengetahuan dari materi pelajaran (Daryanto & Tarno, 2015). Oleh sebab itu, model PBL dapat menjadi salah satu solusi untuk mendorong peserta didik berpikir dan bekerja ketimbang hanya sekedar menghafal dan bercerita (Trianto, 2010).
Berdasarkan pengamatan hasil belajar Geografi kelas XI SMA Negeri 1 Mijen Kabupaten Demak tahun 2023/2024 belum optimal, maka memerlukan adanya tindakan untuk membantu peserta didik dalam memahami materi untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Langkah yang diambil yaitu dengan menerapkan model PBL yang diharapkan dapat meningkatkan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir peserta didik.
Dalam pembelajaran Geografi, penulis menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu menerapkan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan berpikir kritis. Materi ajar yang digunakan bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan wawasan pada peserta didik tentang materi tersebut.
Pada tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas ini, penulis memulai materi dengan memberikan apersepsi sebagai upaya untuk memberikan rangsangan kepada peserta didik agar lebih siap dalam mengikuti pembelajaran. Selanjutnya, penulis menyampaikan topik mengenai konsep dasar pembelajaran selama 15 menit. Penjelasan penulis ini diharapkan dapat merangsang kepekaan peserta didik terhadap masalah yang menjadi materi pembelajaran Geografi. Pada kegiatan ini, penulis menyampaikan skenario pembelajaran mengenai pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah, yakni dengan diskusi kasus dalam kelompok untuk menggali permasalahan dalam pembelajaran mata pelajaran Geografi.
Diskusi kelompok berlangsung selama 45 menit dan setiap kelompok mempresentasikan sub topik permasalahan di depan kelas. Setiap perwakilan kelompok maju ke depan kelas secara acak. Setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, penulis mulai membimbing peserta didik dalam mengemukakan ide atau pendapat, dan pertanyaan. Selama diskusi diharapkan peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Berdasarkan hasil diskusi setiap kelompok setelah adanya pembelajaran menggunakan model PBL terlihat adanya suatu peningkatan kemampuan berpikir kritis.
Beberapa hal yang dapat mendukung tentang peningkatan kemampuan berfikir kritis pada peserta didik dengan model PBL dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, para peserta didik dalam kegiatan ini sedang dalam masa remaja dimana pada saat tersebut adalah periode kritis / transisi untuk perkembangan kemampuan berfikir (kognitif). Hal ini dibahas dalam penelitian Wynn (2010); Wynn Sr et al. (2014) dimana karakteristik perkembangan kognitif peserta didik cocok bila diberikan model pembelajaran yang merangsang model berfikir dengan permasalahan, kasus, dan diskusi pemecahan masalah seperti yang terdapat dalam model PBL. Kedua, terkait dengan peran guru dalam pembelajaran model PBL dan suasana kelas. Dalam model PBL ini guru berperan sebagai fasilitator sehingga peserta didik berperan aktif dalam proses belajar. Dalam penelitian Wynn (2010); Sr et al. (2014) dijelaskan bahwa suasana belajar dalam model PBL bisa dirasakan lebih hidup dikarenakan dalam proses PBL peserta didik diharuskan untuk ikut aktif baik dalam berfikir dan mengungkapkan hasil pikirannya sehingga keterlibatan dan kolaborasi peserta didik juga tinggi.
Hal inilah juga yang dapat dicermati dalam kegiatan belajar mengajar ini bahwa setelah guru menggunakan model PBL ini respon peserta didik dan juga suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif sehingga mendukung peningkatan kemampuan berfikir kritis jika dilihat dari fenomena yang terjadi, disarankan bahwa perlu kiranya mencoba menggunakan model pembelajaran lainnya seperti problem posing maupun problem solving dan dalam pelaksanaan model PBL guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik hendaknya mempertimbangkan kesesuaian materi, karena dibutuhkan waktu yang relatif panjang.
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI Oleh : Wahyu Sri Ciptaningtyaswuri, S.Pd.SD Guru SDN Kaliayu, Cepiring, Kendal Jawa Tengah Wahyu Sri Ciptaning...
-
PENYEBAB RENDAHNYA MINAT MEMBACA SISWA Oleh : Apriyati SDN Penyarang 04, Sidareja, Cilacap Jawa Tengah Apriyati Membaca merupakan keg...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
PENTINGNYA PENGGUNAAN BAHASA JAWA KRAMA DIKALANGAN REMAJA PADA ABAD 21 Oleh : Kunaniyah, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP Islam Al Bayan Wiradesa,...
-
PERMAINAN OLAHRAGA DALAM PENJAS ADAPTIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh : Agus Dwi Surahman, S.Pd Guru SLB BC YSBPD Wuryantoro, Wonogiri ...
Tidak ada komentar: