Pragmatik dan Pembelajaran Pragmatik dalam Teks Sumpah Pemuda untuk Memantik Semangat Keteladanan Generasi Muda Indonesia

Print Friendly and PDF

Pragmatik dan Pembelajaran Pragmatik dalam Teks Sumpah Pemuda untuk Memantik Semangat Keteladanan Generasi Muda Indonesia

Oleh: Prof. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube/Tiktok: M. Rohmadi Ratulisa


Prof. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum.


"Kawan, upaya untuk menumbuhkembangkan semangat generasi muda Indonesia untuk menjadi teladan dan contoh bagi umat sepanjang hayat”

       Semangat sumpah pemuda, 28 Oktober 2024 baru saja diperingati oleh seluruh masyarakat NKRI sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya harus dapat dipahami dan diamalkan. Dalam perspektif pragmatik sumpah pemuda memiliki aneka implikatur dan praanggapan yang dapat dibelajarkan sebagai sumber literasi pragmatik bagi seluruh multigenerasi NKRI. Pragmatik merupakan interdisipliner linguistik yang memelajari maksud tuturan atau ujaran yang tersirat dan harus melibatkan konteks. Pemahaman pragmatik dapat melibatkan multikonteks dalam kehidupan, seperti: konteks pendidikan, budaya, seni, bahasa, hukum, politik, dan lainnya. Dengan demikian, implikatur dan praanggapan dalam sumpah pemuda dapat dideskripsikan berbasis konteks untuk dipahami dan diteladani nilai-nilainya bagi generasi muda Indonesia secara bertahap.

       Berdasarkan isi teks Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 merupakan hasil pertemuan selama 2 hari, tanggal 27 hingga 28 Oktober 1928 saat Kongres Pemuda II di Jakarta diperoleh hasil sebagai berikut: Pertama, Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia; Kedua, Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia: Ketiga, Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.(https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20241022103358-569-1158232/isi-teks-sumpah-pemuda-dan-tokoh-tokoh-penting-dalam-perumusan). Berdasarkan isi yang tersurat dan tersirat dalam isi teks sumpah pemuda yang Pertama, yakni “Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia” sangat jelas bahwa nilai nasionalisme, komitmen, dan integritas yang harus dimiliki oleh seluruh generasi muda harus terus ditanamkan dengan semangat menyatukan niat dan hati untuk mencintai, membanggakan, menjaga, dan memperjuangkan sampai titik darah penghabisan terakhir, yakni bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Semangat kebangsaan dan komitmen NKRI harga mati ini harus ditanamkan dan diajarkan kepada seluruh generasi muda Indonesia yang hebat luar biasa.

       Nilai tersirat sebagai implikatur pragmatik yang harus diajarkan kepada seluruh generasi muda Indonesia, yakni Kedua, “Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia” dapat terwujud. Nilai yang terkandung didalamnya adalah nilai persatuan dan kesatuan seluruh masyarakat Indonesia. Kekuatan satu bangsa, satu nusa, satu bangsa Indonesia harus terus direalisasikan secara bertahap untuk dapat mewujudkan mimpi dan imajinasi multigenerasi NKRI. Komitmen dan integritas nasionalisme harus terus ditanamkan sebagai salah satu karakter generasi muda Indonesia dalam multikonteks kehidupan. Selain itu, guru, dosen, dan guru harus terus melakukan edukasi pragmatik dan pembelajaran pragmatik bagi seluruh multigenerasi NKRI secara bertahap dan berkelanjutan.

       Pragmatik dan pembelajaran pragmatik ini sangat bermanfaat bagi seluruh generasi muda Indonesia karena dapat menjadi dasar penguatan bertutur atau berkomunikasi yang santun dengan menghargai lawan tuturnya. Mengapa demikian? Hal ini sangat beralasan, yakni bidang-bidang kajian pragmatik dan pembelajaran pragmatik meliputi: penutur, lawan tutur, konteks tuturan, implikatur, praanggapan, prinsip kerja sama dalam berkomunikasi, prinsip kesantunan dalam berkomunikasi, deiksis, dan pembelajaran pragmatik. Generasi muda harus diajak untuk berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) sumber-sumber literasi pragmatik dan pembelajaran pragmatik, baik dalam bentuk cetak dan digital. Kekuatan mimpi dan imajinasi generasi muda Indonesia era digital harus terus dikolaborasikan dengan nilai-nilai budaya, seni, bahasa, karakter, budi pekerti yang baik agar menjadi dasar-dasar berkomunikasi yang baik, santun, dan dapat menghargai serta menghormati lawan tuturnya baik secara langsung maupun dunia maya.

       Berdasarkan implementasi pragmatik untuk menganalisis implikatur dalam teks sumpah pemuda di atas berarti dapat menjadi pisau analisis yang mendalam berdasarkan teks, konteks, dan konteks. Hal ini dapat dilihat pada implikatur teks yang pertama, kedua di atas yang memiliki nilai-nilai karakter komitmen integritas NKRI harga mati, dan persatuan NKRI. Kemudian dilihat dan dianalisis pada teks yang Ketiga, “Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia” Secara tersurat teks ketiga sumpah pemuda tersebut bermakna bahwa putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Kemudian apabila dianalisis secara pragmatik, teks sumpah pemuda yang ketiga tersebut memiliki implikatur ajakan untuk seluruh generasi muda Indonesia agar berkomitmen dan ajakan untuk berbahasa persatuan, yakni bahasa Indonesia. Berdasarkan tindak tuturnya, ketiga isi teks sumpah pemuda tersebut merupakan tindak tutur lokusi yang menyatakan informasi. Kemudian ketiga teks tersebut juga merupakan tindak tutur ilokusi, yaitu selain menyatakan juga merupakan ajakan untuk mencintai dan membanggakan NKRI sebagai tanah tumpah darah Indonesia, komitmen untuk menjalin persatuan dan kesatuan bagi seluruh masyarakat Indonesia, dan ketiga mengajak seluruh masyarakat Indonesia khususnya generasi muda Indonesia untuk berbahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

       Nilai-nilai integritas dan komitmen untuk selalu cinta dan bangga pada NKRI, bersatu untuk NKRI, dan berbahasa satu dengan bahasa Indonesia ini juga merupakan tindak tutur perlokusi yang diharapkan dapat menggerakkan seluruh generasi muda Indonesia untuk dapat menjadi dasar tumbuh berkembang ke depan sebagai calon pemimpin bangsa Indonesia masa depan. Berdasarkan nilai-nilai pragmatik yang dapat menjadi dasar berkomunikasi yang baik, santun, dan memanusiakan manusia bagi generasi muda Indonesia di 38 provinsi tentu harus terus disosialisasikan dan dipahamkan melalui berbagai media cetak dan noncetak. Oleh karena itu, pembelajaran pragmatik harus dapat dikemas dengan media-media digital sederhana melalui berbagai platform digital dan media cetak, Pembelajaran pragmatik akan sangat bermanfaat untuk dapat memberikan pemahaman teknik berkomunikasi yang baik, santun, dan berkarakter. 

       Dengan demikian, diharapkan tidak lagi terjadi kasus-kasus pilihan kata yang penuh makna makian, hinaan, perundungan, cacian, dan pilihan-pilihan diksi yang kurang pantas bagi generasi muda Indonesia, seperti yang terjadi pada salah satu tim mahasiswa sebagai generasi muda Indonesia yang menyampaikan karangan bunga untuk pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI dengan pilihan kata yang kurang tepat dan kurang mendidik bagi generasi muda Indonesia. Pilihan diksi yang digunakan kurang santun, dan kurang tepat sebagai teladan dan contoh generasi muda Indonesia sebagai calon pemimpin masa depan. Seluruh generasi muda dan masyarakat Indonesia bersikap kritis tidak dilarang tetapi sikap keteladanan, berkarakter, berbudi pekerti, dan menjadi contoh bagi adik-adik yang saat ini masih belajar pada jenjang TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, PT tentu sangat tidak tepat. Semoga dengan belajar pragmatik dan membelajarkan pragmatik dalam kehidupan dapat menjadi dasar pemahaman literasi berkomunikasi yang benar, baik, santun, dan saling menghargai lawan tutur yang diajak berkomunikasi. Milikilah rasa empati untuk dapat memilih kata yang akan digunakan dalam berkomunikasi, apabila kata-kata atau kalimat itu ditujukan kepada kita, apakah kita dapat menerima dengan hati ikhlas dan legawa. Kalau memang tidak dapat menerima dengan ikhlas dan legawa maka jangan pernah gunakan diksi atau pilihan kata tersebut dalam berkomunikasi dengan lawan tuturnya.

       Akhirnya, marilah bersama-sama menjadi duta teladan dan contoh dalam bertutur yang benar, baik, dan santun dalam berkomunikasi kepada siapa saja, Di mana saja, dan kapan saja. Jangan pernah memantik emosi bagi lawan tutur apabila tidak ingin terkena dampak negatif bagi dirinya sendiri. Dengan demikian, pragmatik dan pembelajaran pragmatik sangat perlu untuk dipelajari, dipahami, diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Upaya untuk menguatkan pragmatik dan pembelajaran pragmatik sebagai sumber literasi Ratulisa untuk generasi muda Indonesia harus terus disosialisasikan melalui berbagai media cetak dan digital sebagai wujud upaya untuk melatih kesantunan berkomunikasi bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda Indoensia.


“Kala senja menjadi waktu yang paling indah untuk bercerita mengenai kebesaran-Nya maka saat itulah mimpi dan imajinasi menjadi kekuatan untuk belajar dan membelajarakan diri sepanjang masa”


Istana Arfuzh Ratulisa, Surabaya, 2 November 2024










     


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top