MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN KIMIA

Print Friendly and PDF

MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN KIMIA


Oleh: 1) Dra. Hj. Siti Sholikhah. 2) Siti Muslikah, S.Pd.

Guru Rumpun Kimia

Madrasah Aliyah Negeri Sukoharjo




       Menurut siswa pelajaran kimia selalu melibatkan interaksi dan kontak dengan bahan kimia berbahaya. Kimia adalah mata pelajaran yang abstrak dengan banyak rumus dan selalu berfokus pada perhitungan yang rumit selama proses pembelajaran. Solusi untuk model pembelajaran yang dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang sains dan teknologi diperlukan berdasarkan kondisi tersebut.

       Kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi, struktur, sifat, dan perubahan materi, baik dari skala atom hingga molekul. Kimia juga mempelajari interaksi dan transformasi materi untuk membentuk materi yang ada di kehidupan sehari-hari.

       Kimia harus dipelajari melalui proses pembelajaran. Dibutuhkan model pembelajaran yang meningkatkan Motivasi Belajar yaitu model Model PBL.

       Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dipicu oleh permasalahan, yang mendorong siswa untuk belajar dan bekerja kooperatif dalam kelompok untuk mendapatkan solusi, berpikir kritis dan analitis, mampu menetapkan serta menggunakan sumber daya pembelajaran yang sesuai. Model PBL/ pemecahan masalah adalah suatu cara pembelajaran dengan menghadapkan siswa kepada suatu problem/ masalah untuk dipecahkan atau diselesaikan secara konseptual masalah terbuka dalam pembelajaran.

       Menurut Glazer dalam Hotimah (2020) mengemukakan bahwa Problem Base Learning merupakan strategi pembelajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi nyata. Sehingga diharapkan metode PBL ini mampu membawa siswa memahami materi dengan melihat kehidupan di lingkungan sekitar secara nyata. 

       Problem Based Learning juga dikenal sebagai pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pengajaran di mana siswa diberi kesempatan untuk belajar berpikir kritis, memperoleh pengetahuan, dan memecahkan masalah. Metode pembelajaran berbasis masalah melibatkan pembuatan kurikulum dan sistem pengajaran yang menggabungkan dasar-dasar keterampilan dan strategi pemecahan masalah dengan melibatkan siswa dalam situasi nyata. Menurut definisi di atas, pembelajaran berbasis masalah adalah setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu masalah sehari-hari. Pembelajaran berbasis masalah adalah konsep belajar yang membantu guru membuat lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang signifikan dan relevan bagi siswa mereka, yang memungkinkan mereka mendapatkan pengalaman belajar yang lebih realistis (nyata).

       Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa adalah motivasi. Jika seseorang memiliki keinginan untuk belajar, mereka akan mendapat hasil belajar yang diinginkan. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong untuk mencapai hasil yang baik. Dengan kata lain, seseorang akan melakukan suatu kegiatan karena mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai hasil yang diinginkan.

       Motivasi belajar adalah keadaan dimana seseorang memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Mc Donald dalam Kompri (2016) menggambarkan motivasi sebagai transformasi energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Untuk memotivasi siswa mereka untuk belajar, guru juga harus berpartisipasi.

       Dengan menggunakan Pemanfaatan Model PBL pada pembelajaran Kimia dapat meningkatkan Motivasi Belajar dalam proses belajar siswa.


Daftar Pustaka

Hotimah, H. (2020). Penerapan metode pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan kemampuan bercerita pada siswa sekolah dasar. Jurnal edukasi, 7(2), 5-11, 7.

Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru Dan Siswa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016)

Primadoniati, A. (2020). Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam. Didaktika: Jurnal Kependidikan, 9 (1), 77-97, 21




Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top