Bapak Joko Widodo sebagai Wujud Teladan Manusia yang Ikhlas, Sabar, dan Narimo bagi Masyarakat NKRI dalam Perspektif Multikonteks Pragmatik dan Semiopragmatik

Print Friendly and PDF

Bapak Joko Widodo sebagai Wujud Teladan Manusia yang Ikhlas, Sabar, dan Narimo bagi Masyarakat NKRI dalam Perspektif Multikonteks Pragmatik dan Semiopragmatik


Oleh: Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube/Tiktok: M. Rohmadi Ratulisa


Prof. Dr. Muhammad Rohmadi,S.S. M.Hum.


"Kawan, bersilaturahmi dan berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) akan menjadi salah satu pilar pencerahan kehidupan yang nyata sepanjang masa"


       Siapa yang tidak mengenal Bapak Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia ke-7 yang baru saja purnatugas tanggal 20 Oktober 2024? Diakui dan tidak diakui diyakini seluruh masyarakat NKRI di dalam dan luar negeri mengenal Bapak Joko Widodo sebagai Presiden RI ke-7 yang baik hati dan ikhlas lahir batin untuk NKRI. Dalam tulisan ini akan mencoba mengulas Bapak Joko Widodo dalam perspektif pragmatik dan semiopragmatik bukan perspektif politik dan hukum. Ulasan ini bukan masalah mendukung atau tidak mendukung Bapak Joko Widodo tetapi lebih pada mengulas nilai-nilai keteladanan, keikhlasan, dan narimo dalam perspektif pragmatik dan semiopragmatk dalam multikonteks kehidupan sehingga nilai-nilai karakter dan kebaikan Pak Joko Widodo dapat diteladani bagi seluruh masyarakat dan multigenerasi NKRI. Setiap manusia diyakini tidak ada yang sempurna, pasti ada yang memiliki kelebihan dan ada yang memiliki kekurangan. Hal ini bergantung cara pandang dan pemahamannya terhadap multikonteks kehidupan yang menyertainya.

       Hal ini sudah dicoba penulis dengan uji petik dalam berbagai kesempatan di berbagai wilayah 38 provinsi NKRI. Coba jawablah pertanyaan ini, “Siapa di antara Bapak, Ibu, Saudara yang belum pernah sama sekali berbohong pada diri sendiri, kedua orang tua, orang lain, dan bahkan Tuhan Yang Maha Esa? Jawablah dengan jujur dalam hati masing-masing! Angkat tangan tinggi-tinggi apabila jawabnya “Belum pernah berbohong seumur hidup” tetapi apabila jawabnya “Sudah pernah berbohong” maka itu hal manusiawi yang harus dijadikan kesadaran pada diri masing-masing untuk sumber refleksi dan evaluasi diri ke depan agar menjadi manusia yang lebih baik, lebih baik, dan lebih baik sepanjang masa dalam kehidupan dunia dan akhirat.

         Pragmatik merupakan interdisipliner linguistik yang memelajari maksud ujaran yang tersirat dalam tuturan seorang penutur yang melibatkan konteks kehidupan yang menyertainya. Pragmatik memiliki pilar implikatur dan praanggapan yang melibatkan konteks tuturannya. Seorang penutur akan menyertakan implikatur (maksud tersirat) sebagai tujuan tuturan yang akan disampaikan kepada lawan tuturnya secara tersirat melalui konteks tuturannya. Kemudian lawan tutur akan memiliki praanggapan terhadap tuturan yang dihasilkan oleh seorang penutur dengan melibatkan konteks tuturan dalam kehidupan untuk dapat mempraanggapkannya. Praanggapan seorang lawan tutur dapat beraneka ragam bergantung cara pandang dan penilaiannya kepada penutur sehingga dapat dipraanggapkan secara positif tetapi juga dapat dipraanggapkan secara negatif. 

       Hal ini merupakan kebhinekaan warna-warni kehidupan yang nyata bagi setiap manusia dengan pengetahuan dan pengalaman hidupnya masing-masing. Sementara itu, semiopragmatik merupakan interdisipliner linguistik yang memahami maksud atau tujuan tuturan seorang penutur dengan melibatkan penanda, petanda, dan konteks tuturan dalam kehidupan. Hal ini dapat dilihat dalam bentuk nonverbal untuk semiotiknya dan verbal untuk pragmatiknya sehingga semiopragmatik dapat diurai dengan menganalisis bentuk verbal dan nonverbal yang melibatkan teks, koteks, dan konteks tuturan dalam multikonteks kehidupan.

       Dengan demikian, pragmatik akan memahami maksud dan tujuan tuturan seorang penutur yang didasarkan pada kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana yang disampaikan sebagai tuturan atau tulisan dengan melibatkan multikonteks kehidupan yang berkebhinekaan di seluruh wilayah NKRI. Merujuk pada persepektif pragmatik setiap manusia memiliki maksud tersurat dan tersirat dalam setiap tuturan, baik secara tulis dan lisan. Oleh karena itu, agar tidak gagal memahami maksud ujaran yang tersirat pada tuturan seseorang dalam berkomunikasi maka setiap lawan tutur atau masyarakat NKRI tidak boleh gagal pragmatik dalam multikonteks kehidupan. Hal ini sebagai dasar orang untuk dapat memahami maksud dalam implikatur seorang penutur yang didasarkan pada konteks tuturannya yang beraneka ragam dalam kehidupan. Sementara semiopragmatik akan mengurai tanda-tanda nonverbal yang mendukung pemaknaan tersirat dalam ujaran atau tulisan seorang penutur kepada lawan tutur dalam multikonteks kehidupan.

       Hidup dan cara pandang setiap manusia itu beraneka ragam. Dalam Perspektif multikonteks pragmatik dan semiopragmatik terkait dengan Pak Joko Widodo sebagai Presiden RI dua periode (selama 10 tahun) tentu memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri sebagai karakteristik dan pembeda dengan presiden-presiden yang lain. Hal ini dapat dilihat pada implikatur yang didasarkan pada konteks tuturan yang selalu santun dan menunjukkan sikap menghargai, andhap ashor, tidak sombong, dan selalu berusaha menjadi contoh bagi seluruh rakyat NKRI. Hal ini ditunjukkan melalui kegiatan blusukan ke berbagai wilayah yang tersebar di 38 Provinsi NKRI. Upaya untuk terus berkomunikasi dengan rakyatnya, yang ditunjukkan dengan berbagi model komunikasi verbal secara pragmatik dan nonverbal secaa semiopragmatik. Hal itu ditunjukkan dalam bentuk berfoto, bercerita, mengujungi, dan bersendau gurau dengan aneka lapisan rakyat di berbagai wilayah yang dikunjungi secara implikatur dalam pragmatik dan semiopragmatik menujukkan sikap manunggaling Pak Jokowi dengan rakyat. Secara semiopragmatik juga dapat ditunjukkan dengan berbagai infrastruktur dan bantuan yang dibangun dan diberikan Pak Joko Widodo yang merata di 38 Provinsu NKRI sebagai konteks nyata untuk memahami pembeda dan kekhasan Pak Joko Widodo.

       Hal ini ditunjukkan sampai Pak Jokowi sudah purnatugas saat ini dan pulang ke rumahnya di Solo. Lihat dan kunjungi pada kanal youtube dan media sosial bahwa saat ini di rumahnya banyak dikunjungi oleh seluruh lapisan rakyat dari Sabang sampai Merauke secara bergantian. Hal ini bukti bahwa secara pragmatik dan semiopragmatik, Pak Jokowi memang memiliki pembeda dengan pejabat yang sudah purnatugas lainnya dan pembeda dengan masyarakat lainnya. Dalam perspektif pragmatik dan semiopragmatik semua keikhlasan, kesabaran, dan narimo yang ditunjukkan melalui sikap, tuturan, dan tanggapannya setiap menjawab pertanyaan para wartawan merupakan implikatur dan pematuhan prinsip kesantunan dalam berkomunikasi dengan multimasyarakat di berbagai daerah.  

       Bebagai fitnah, hujatan, makian, cemooh, hinaan yang ditujukan kepada Pak Joko Widodo sejak mau menjabat Presiden RI sampai sekarang setelah purnatugas sebagai bukti nyata sebagai teladan keikhlasan, kesabaran, dan narimo yang ditujukkan sebagai tanda nyata kepada seluruh masyarakat NKRI. Pak Jokowi ini hanya sebagai salah satu contoh teladan yang baik, ikhlas, sabar, dan narimo, Bapak, Ibu, Saudara boleh menunjukkan contoh tokoh-tokoh lainnya kepada seluruh masyarakat NKRI. Diyakini penulis, bahwa Presiden RI ke-1, Bapak Soekarno, Presiden RI ke-2, Bapak Soeharto, Presiden RI ke-3 Bapak BJ. Habibi, Presiden ke-4 Bapak Gusdur, Presiden ke-5 Ibu Megawati, Presiden ke-6 Bapak Soesilo Bambang Yudhoyono, dan Presiden ke-8 Bapak Prabowo Subianto juga memiliki nilai-nilai keteladanan, keikhlasan, kesabaran, dan narimo yang ditunjukkan secara tersurat dan tersirat dalam konteks yang berbeda-beda. Semuanya merupakan Bapak Bangsa RI yang memiliki jiwa keikhlasan lahir batin untuk membangun NKRI dan menyejahterakan seluruh rakyat NKRI pada zamannya masing-masing. Hal ini agar multigenerasi NKRI dapat memiliki contoh-contoh dan teladan yang baik untuk dapat menjadi rujukan sebagai generasi dan pemimpin masa depan NKRI yang Tangguh, kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif.

       Cobalah Bapak dan Ibu menempatkan diri menjadi Pak Jokowi atau Bapak Ibu Presiden sebelumya, kira-kira sanggupkah, bisakah, dan mampukah menjalaninya dengan ikhlas, sabar, dan narimo seperti Pak Joko Widodo saat ini. Apabila belum bisa, berarti secara implikatur pragmatik dan semiopragmatik Pak Joko Widodo dan Presiden sebelum dan sesudahnya memang layak menjadi contoh dan teladan orang yang iklas, sabar, dan narimo bagi seluruh pejabat publik, dan seluruh masyarakat NKRI. Teladanilah yang baik dan positif dan tinggalkan serta buanglah jauh-jauh nilai-nilai yang negatif dan kurang baik untuk diteladani. 

       Apabila ada cara pandang lain, itu hal yang wajar karena setiap orang dapat memiliki perspektif yang berbeda-beda sesuai dengan konteks kehidupan yang menyertainya masing-masing. Marilah kita belajar secara pragmatik dan semiopragmatik untuk dapat menghargai, menghormati, dan memanusiakan manusia lain atau ngemong roso kepada siapa pun dalam konteks apa pun. Apabila itu dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat NKRI yakinlah kehidupan masyarakat NKRI akan selalu damai, sejahtera, dan menyejukkan tanpa saling mengolok-olok dan mengumbar ujaran kebencian, baik secara langsung maupun melalui dunia media sosial. Hal ini dalam konteks pragmatik dan semiopragmatik akan dapat diwujudkan apabila seluruh masyarakat NKRI belajar dan membelajarkan diri untuk memahami pragmatik & semiopragmatik kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

       Marilah belajar dan membelajarkan diri untuk terus bergerak dan menggerakkan sayap-sayap kehidupan secara bertahap dan berkelanjutan. Hal ini sebagai perwujudan untuk terus belajar berliterasi dengan Ratulisa, pragmatik, dan semiopragmatik dalam multikonteks kehidupan bagi multigenerasi NKRI. Setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan maka tutupilah kekurangan orang lain dengan melihat kelebihannya sebagaimana Tuhan Yang Maha Esa selalu menutupi kekurangan kita kepada seluruh penghuni semesta. Cobalah untuk selalu merefleksi diri bahwa kita sebagai manusia tentu juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yakinlah apabila kita berbuat baik dan selalu mendoakan orang lain yang terbaik maka akan kembali ke diri kita yang terbaik dunia akhirat. Itulah prinsip belajar pragmatik dan semiopragmatik dalam berkomunikasi. Hidup sekali dan mati sekali dalam perspektif multikonteks pragmatik dan semiopragmatik secara berkelanjutan akan menjadi pilar penyangga kedamaian, kesejukan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat NKRI.


“Cerita dan kenangan merupakan keabadian yang dapat menjadi semangat,harapan, mimpi, dan imajinasi berkelanjutan dalam hidup dan kehidupan untuk dapat terus menyinari dunia, seperti bintang, bulan, dan matahari yang selalu menyinari bumi, baik tampak maupun tidak tampak oleh manusia”

Istana Arfuzh Ratulisa, Surakarta, 20 Januari 2025


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top