Pengamen Viral, Pak Slamet, Grobogan Jawa Tengah Merupakan Ayat-Ayat dan Penanda Semesta dalam Perspektif Semiopragmatik dan Religiopragmatik

Print Friendly and PDF

Pengamen Viral, Pak Slamet, Grobogan Jawa Tengah Merupakan Ayat-Ayat dan Penanda Semesta dalam Perspektif Semiopragmatik dan Religi pragmatik


Oleh: Prof. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S. M.Hum.

Dosen PBSI FKIP UNS, & Penggiat Literasi Arfuzh Ratulisa

Email: rohmadi_dbe@yahoo.com/Youtube/Tiktok: M. Rohmadi Ratulisa


Prof. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S. M.Hum.


"Kawan, mimpi dan imajinasi lebih kuat dari pengetahuan kita maka bermimpilah setinggi langit agar dapat memeluk semesta sepanjang masa dalam dekapan Sang Pemilik Semesta"


       Perkembangan teknologi berbasis media sosial ternyata dapat berdampak postif dan juga negatif. Dampak media komunikasi berbasis media sosial yang berdampak positif, salah satunya dirasakan oleh Pak Slamet Grobogan, Jawa Tengah, yang akhir-akhir ini sebagai pengamen yang viral di media sosial dengan lagu yang dicovernya “Salahmu Sendiri”, “Sungguh Terpaksa”, dan “Suratan Takdir” yang menjadi lagu andalannya saat mengamen berkeliling berjalan kaki dengan perangkat alat musik yang digendongnya di depan dada. Itu beberapa lagu yang dinyanyikan oleh Pak Slamet yang berasal dari Grobogan Jawa Tengah, seorang pengamen yang lagi viral di media sosial. Silahkan dapat dicek pada kanal youtube, tik tok, instagram dan lainnya dengan mengetik Pak Slamet, Pengamen Viral. Secara semiopragmatik dan religiopragmatik dapat dimaknai secara tekstual dan kontekstual bahwa Pak Slamet seorang pengamen yang lagi viral sedang dinaikkan derajatnya oleh Tuhan Yang Maha Esa melalui profesinya. Fenomena inilah yang menjadi ayat-ayat dan penanda semesta bagi seluruh Masyarakat NKRI dan dunia.

       Semiotik merupakan interdisipliner linguistik yang memahami makna kontekstual nonverbal yang terikat pada tanda, gambar, sketsa, dan penanda lainnya sedangkan pragmatik memahami maksud ujaran yang tersirat yang melibatkan konteks ujaran seorang penuturnya. Sementara itu religiopragmatik merupakan interdisipliner linguistik yang memahami maksud ujaran dengan melibatkan teks, koteks, dan konteks religi dan multikonteks kehidupan yang menyertainya. Dengan demikian perspektif semiopragmatik dan reliopragmatik dapat memahami makna tersirat melalui teks dan nonteks berbasis koteks dan konteks, seperti Pak Slamet, seorang pengamen yang lagi viral. Hal sejenis terjadi juga saat kasus penjual es teh dari Magelang, Jawa Tengah yang mendapatkan berkah dan nikmat Tuhan Yang Maha Esa akibat viral selip kata kasar atau dianggap kurang santun oleh ustad Gus Miftah saat pengajian di Magelang. Hal sejenis juga terjadi pada penyanyi kecil, Si Farel dari Banyuwangi, Jawa Timur yang kemudian diundang untuk menyanyikan lagunya Abah Lala yang berjudul “Ojo dibanding-bandingke” dalam perayaan kemerdekaan Republik Indonesia beberapa tahun lalu. Dalam perspektif religiopragmatik kasus-kasus tersebut secara nonverbal dan kontekstual memiliki implikatur bahwa mereka sedang dinaikkan derajatnya oleh Tuhan Yang Maha Esa tanpa disangka-sangka sebagai rezeki tidak terduga. Dengan demikian secara semiopragmatik dan religiopragmatik Pak Slamet, Penjual Es teh, dan Farel serta seluruh masyarakat NKRI yang mengalami hal yang sejenis harus terus memanjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa tiada henti.

       Komitmen untuk membaca, memahami, dan mengamalkan teks, koteks, dan konteks semiopragmatik dan religiopragmatik tersebut harus dipahami oleh setiap orang dalam memahami ayat-ayat dan tanda-tanda semesta sebagai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Apabila Tuhan sudah berkehendak “Kun Fayakun” maka terjadilah sesuai kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Manusia tidak akan dapat menghalangi atau pun mencegahnya. Kekuatan pemilik semesta tidak akan ada yang dapat menandingi atau menghalanginya. Oleh karena itu, memahami teks, koteks, dan konteks dalam kasus Pak Slamet, sebagai pengamen yang lagi viral harus dapat membaca, memahami, dan mengamalkannya dengan baik dalam multikonteks kehidupan. Hal ini juga selaras dengan prinsip 3M dalam berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca), yaitu membaca, memahami, dan mengamalkannya. Pak Slamet yang lagi viral dapat dijadikan teladan bagi seluruh masyarakat NKRI tetapi bagi Pak Slamet sendiri juga bukan berarti terus lupa diri, sombong, takabur, dan riya karena sudah viral dan terkenal. Kedua implikatur dan penanda semesta yang ditunjukkan oleh penguasa semesta tersebut harus dapat dijadikan sebagai ayat-ayat dan penanda semesta keteladanan yang baik, santun, maslahat, dan berkah bagi seluruh umat manusia di seluruh wilayah NKRI.

       Pemahaman semiopragmatik dan religiopragmatik dalam kehidupan akan sangat memiliki arti penting untuk dapat membaca ayat-ayat semesta, baik melalui tanda-tanda alam, ayat-ayat semesta, fenomena, teks, koteks, dan konteks yang beragam dalam kebhinekaan yang ada di seluruh wilayah NKRI. Setiap manusia akan diberikan ujian, tantangan, cobaan, dan juga rintangan untuk dapat menjadi lebih dewasa dan kuat menghadapi aneka permasalahan kehidupan. Selain itu, sebaliknya manusia juga dapat diuji dengan kesenangan, kebahagiaan, dan kecintaan dalam aneka kerinduan yang membahagiakannya sepanjang hayat. Kedua ujian dan cobaan dengan rasa senang, susah, bahagia, menderita, gelisah, haru, dan juga aneka rasa yang menyesakkan dada tentu akan diberikan hikmah masing-masing kepada yang menjalaninya. Oleh karena itu, dengan membaca ayat-ayat dan penanda semesta yang didasarkan pada perspektif semiopragmatik dan religiopragmatik akan semakin meningkatkan rasa syukur dan keimanan kita kepada Tuhan yang Maha Esa. Marilah kita mulai secara bertahap untuk terus dapat mengimplementasikan prinsip 3M dalam berliterasi dengan Ratulisa yaitu membaca, memahami, dan mengamalkan ayat-ayat dan penanda semesta berbasis semiopragmatik dan religiopragmatik secara berkelanjutan sebagai perwujudan GELAR: Gerakan Literasi Arfuzh Ratulisa untuk kemaslahatan umat sepanjang hayat di 38 provinsi wilayah NKRI untuk multigenerasi NKRI.


“Bergerak dan menggerakkan ayat-ayat dan penanda semesta akan membuka cakrawala pengetahuan dan kerinduan kita pada sang pemilik semesta sepanjang masa”

Istana Arfuzh Ratulisa Yogyakarta, 17 Januari 2025


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top