GIVE RADIO IKOM UNIVET
Redaksi / Pemasangan Iklan
Total Tayangan Halaman
ISI Surakarta Kukuhkan Prof. Sunarmi Jadi Guru Besar Bidang Kajian Budaya Desain Interior
Rektor ISI Surakarta, Dr. I Nyoman Sukerna, S.Kar., M.Hum kukuhkan Jabatan Guru Besar Bidang Ilmu Kajian Budaya/ Desain Interior Prof. Dr. Dra. Sunarmi, M.Hum. |
ISI Surakarta Kukuhkan Prof. Sunarmi Jadi Guru Besar Bidang Kajian Budaya Desain Interior
Solo- majalahlarise.com -Institut Seni Indonesia Surakarta menyelenggarakan Sidang Senat Terbuka dalam Dalam Rangka Pengukuhan Jabatan Guru Besar Bidang Ilmu Kajian Budaya/ Desain Interior Prof. Dr. Dra. Sunarmi, M.Hum. di Pendhapa GPH Joyokusumo, Selasa (29/8/2023).
Rektor ISI Surakarta, Dr. I Nyoman Sukerna, S.Kar., M.Hum dalam sambutan menegaskan pengukuhan Guru Besar merupakan jawaban dan komitmen institusi dalam situasi krisis Guru Besar di ISI Surakarta, direspon sedemikian rupa oleh segenap civitas akademika untuk proaktif mendorong lahirnya lebih banyak lagi para guru besar yang akan mendorong tumbuhnya iklim keilmuan di kampus ISI Surakarta.
Selain itu, tentu saja untuk terus menjaga marwah ISI Surakarta sebagai perguruan tinggi seni berbasis kearifan budaya nusantara yang berkelas dunia dalam sistem tata kelola yang akuntabel dan transparan.
“Pengukuhan Prof. Dr. Dra. Sunarmi, M. Hum, sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kajian Budaya/Desain Interior pada Institut Seni Indonesia Surakarta ini bukanlah puncak prestasi. Lebih dari semuanya, ini adalah awal sebuah proses pembuktian. Secara pribadi, bagi Prof. Sunarmi, raihan jabatan akademik tertinggi ini adalah peluang sekaligus tantangan bagaimana disiplin ilmu yang sudah ditekuni sejauh ini dapat lebih dikembangkan dan berkontribusi serta bermanfaat untuk lebih banyak masyarakat,” tegasnya.
Sementara untuk ISI Surakarta, memiliki seorang guru besar baru dalam disiplin ilmu kajian budaya, menjadi kesempatan untuk mengembangkan berbagai program studi dan ranah keilmuan baru yang menjadi tuntutan dan kebutuhan di masa yang akan datang.
Kajian Budaya adalah bidang akademis yang muncul pada pertengahan abad ke-20 dan berfokus pada analisis dan interpretasi budaya, meliputi berbagai disiplin ilmu seperti sosiologi, antropologi, sastra, studi media, sejarah, dan lainnya. Tujuannya adalah memahami bagaimana praktik budaya, representasi, dan ekspresi membentuk dan dipengaruhi oleh masyarakat, politik, dan pengalaman individu.
Aspek-aspek penting dalam Kajian Budaya meliputi: Interdisiplineritas, Kekuasaan dan Identitas, Budaya Populer, Semiotika dan Representasi, Konteks Global dan Lokal, Teori Kritis, Studi Media, Konteks Sejarah dan Kontemporer, Resepsi Audiens, dan juga Perubahan Sosial.
Penting untuk dicatat bahwa, Kajian Budaya adalah bidang yang beragam dan terus berkembang – fokus serta pendekatannya dapat bervariasi antara para sarjana dan institusi. Sifat interdisipliner bidang ini dan keterbukaannya dalam mengeksplorasi berbagai bentuk ekspresi budaya menjadikannya area penelitian akademis yang kaya dan dinamis.
Maka, betapa kayanya ISI Surakarta yang hari ini memiliki seorang guru besar yang berkecimpung dalam kajian budaya.
Dalam narasi Panjang 59 tahun ISI Surakarta, kami telah menetapkan bahwa tahun ini, dan tahun-tahun ke depan transformasi organisisasi dengan mindset dan mindframe yang agile untuk menjawab tuntutan perubahan zaman adalah sebuah keniscayaan.
“Tanpa harus meninggalkan akar tradisi yang selama ini menjadi spirit dan nilai-nilai yang kita lembagakan, ISI Surakarta siap menyambut usia ke-60 pada tahun 2024 dengan semangat dan wajah baru menuju ISI Surakarta Mendunia," pungkas Rektor.
Prof. Dr. Sunarmi saat menyampaikan orasi ilmiah mengangkat tema “Tradisi dalam Kontestasi Global”. |
Tradisi dalam Kontestasi Global
Dalam orasi ilmiahnya Prof. Dr. Sunarmi mengangkat tema “Tradisi dalam Kontestasi Global”. Dikatakan Pariwisata merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pariwisata punya posisi strategis dalam peningkatan devisa negara. Wisata budaya menjadi trend bagi sebagian besar masyarakat belahan dunia.
Industri pariwisata di era globlal ternyata mampu memunculkan inovasi baru, salah satunya adalah reproduksi elemen-elemen interior rumah tradisi untuk interior komersial tempat kuliner. Elemen interior rumah tradisi menjadi daya tarik yang dijual sebagai komoditas dalam dunia wisata.
Komodifikasi dan Pariwisata nampaknya menjadi relasi penting dalam eksistensi tradisi khususnya melalui skema reproduksi. Mendasar pada skema reproduksi ini maka kontestasi global pariwisata yang melibatkan elemen interior rumah tradisi pada interior komersial diposisikan sebagai arena.
Industri pariwisata adalah anak kandung globalisasi yang memproduksi benda budaya untuk diperjualbelikan demi keuntungan secara finansial. Para aktor menjadikan elemen interior rumah tradisi untuk sarana membangun suasana interior kuliner.
Di Mangkunegaran sebagai kawasan cagar budaya terdapat pariwisata Royyal Dinner menyertakan hampir seluruh bangunan Puro. Habitus tradisi penyambutan tamu istana Mangkunegaran dalam suasana interior rumah Kapangeranan dihadirkan untuk Royyal Dinner. Di kawasan pinggiran perkotaan Surakarta terdapat tempat kuliner yang menghadirkan suasana interior rumah tradisi Priyayi Jawa, salah satu contoh adalah Ndalem Kopi di Wonorejo Gondangrejo. Di Desa wisata Ngargoyoso terdapat tempat kuliner yang mengandung interior Rumah Nusantara.
Berdasarkan tiga aktor tersebut di atas dapat ditarik benang merah, bahwa saat ini terdapat kontestasi tradisi dalam bentuk interior rumah tradisi menjadi komoditas dalam wisata kuliner. Proses menjadikan benda yang awalnya tidak bernilai uang menjadi bernilai uang tersebut dinamakan komodifikasi. Komodifikasi diartikan sebagai proses menjadikan sesuatu yang sebelumnya tidak memiliki nilai komoditi sehingga beralih menjadi memiliki nilai komoditi (Piliang, 2012:17).
Di era global saat ini terjadi reproduksi rumah tradisi sebagai interior bangunan komersial oleh aktor Mangkunegaran dengan habitus Kapangeranan untuk interior rumah tradisi kapangeranan; aktor Ndalem Kopi dengan habitus priyayi untuk Interior Rumah Tradisi Jawa Klasik, dan aktor populis untuk Interior Rumah Tradisi Nusantara Kekinian. Berbagai modal mengiringi aktivitas praktik tersebut. Modal yang mereka miliki serta habitus yang ada dalam arenanya menentukan praktik dari aktor.
Reproduksi mengarah pada reposisi dan reorientasi nilai elemen interior rumah tradisi.
Pertama, Bentuk visual berikut nilai elemen interior rumah tradisi diposisikan sebagai komoditas hasil kreatifitas para aktor diorientasikan sebagai komuditas. Interior Rumah Tradisi Kapangeranan untuk penghidupan Tradisi Kapangeranan Jawa; interior rumah tradisi Jawa dihadirkan sebagaimana suasana tradisi Jawa pada masanya, dilengkapi dresscode menggambarkan suasana kehidaupan Jawa Klasik. Proses kreatif yang demikian menggambarkan bentuk konsep estetika penciptaan desain Mutrani. Konsep estetika interior mutrani berorientasi pada terwujudnya suasana tertentu membawa pengguna pada suatu masa tertentu yakni Jawa.
Kedua, reproduksi interior rumah tradisi dari berbagai elemen interior nusantara untuk satu interior, sesuai selera atau cita rasa perancang atau pemilik atau aktor. Dalam konsep padupadan untuk mewujudkan interior kekinian. Konsep Estetika yang terjadi adalah konsep keindahan selera. Konsep keindahan tentang selera, berarti “jus, esensi atau Cita Rasa, mengonotasikan tentang selera estetika dari karya visual yang dapat membangkitkan emosi atau perasaan bagi penikmat. Ditinjau dari gaya interior yang hadir dapat ditengari sebagai Gaya Interior Nusantara Kekinian.
Hasil reproduksi dari tiga aktor, pada akhirnya mampu mengundang respon bagi pengunjung. Masing-masing desain memiliki esthetic value, dapat membangkitkan perasaan bagi pengunjung sebagai pengalaman estetik (esthetic experience). Hal tersebut dapat dilihat ketika interior sebagai tempat sosialita. Interior Mutrani maupun Interior Nusantara Kekinian adalah hasil proses kreatif dari rumah tradisi (lama) dihadirkan kekinian. Proses kreatif menghadirkan karya lama menjadi karya baru pada tradisi Jawa dinamakan Sanggit. (humasisiska/ Sofyan)
Top 5 Popular of The Week
-
5 KOMPONEN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Oleh: Novi Astutik, S.Pd.SD SD Negeri 4 Wonogiri, Wonogiri Jawa Tengah Novi Astutik, S.Pd.SD ...
-
FILSAFAT JAWA KIDUNGAN “ANA KIDUNG RUMEKSA ING WENGI” Oleh: Sri Suprapti Guru Bahasa Jawa di Surakarta Sri Suprapti Filsafat Jawa a...
-
ALAT PERAGA ULAR TANGGA NORMA DAN KEADILAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PPKn Oleh: Sulistiani, S.Pd Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Mijen, Demak J...
-
ICE BREAKING SALAM PANCASILA TINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENGGALI IDE PENDIRI BANGSA TENTANG DASAR NEGARA Oleh : Suheti Priyani, S.Pd Guru M...
-
Proses pembuatan jenang tradisional. Melihat Lebih Dekat Usaha Jenang Tradisional 'UD TEGUH' Kedung Gudel Kenep Sukoharjo- majala...
-
PEMANFAATAN APOTEK HIDUP DI LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Rosi Al Inayah, S.Pd Guru SMK Farmasi Tunas Harapan Demak, Jawa Tengah Rosi Al Inayah...
-
PENYEBAB RENDAHNYA MINAT MEMBACA SISWA Oleh : Apriyati SDN Penyarang 04, Sidareja, Cilacap Jawa Tengah Apriyati Membaca merupakan keg...
-
PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI Oleh : Wahyu Sri Ciptaningtyaswuri, S.Pd.SD Guru SDN Kaliayu, Cepiring, Kendal Jawa Tengah Wahyu Sri Ciptaning...
-
PENTINGNYA PENGGUNAAN BAHASA JAWA KRAMA DIKALANGAN REMAJA PADA ABAD 21 Oleh : Kunaniyah, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP Islam Al Bayan Wiradesa,...
-
PERMAINAN OLAHRAGA DALAM PENJAS ADAPTIF BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh : Agus Dwi Surahman, S.Pd Guru SLB BC YSBPD Wuryantoro, Wonogiri ...
Tidak ada komentar: