Visiting Scholar Kolaborasi Internasional Universitas Sebelas Maret dan Universiti Utara Malaysia

Print Friendly and PDF

Visiting Scholar dari Universiti Utara Malaysia bekerjasama dengan Universitas Sebelas Maret dalam rangkaian kegiatan Kolaborasi Internasional Penelitian.


Visiting Scholar Kolaborasi Internasional Universitas Sebelas Maret dan Universiti Utara Malaysia


Madura- majalahlarise.com -Visiting Scholar dari Universiti Utara Malaysia bekerjasama dengan Universitas Sebelas Maret dalam rangkaian kegiatan Kolaborasi Internasional Penelitian yang diketuai oleh Prof. Dr. Djatmika, M.A., dilaksanakan selama tiga hari di Universitas Trunojoyo Madura, Jawa Timur. Visiting Scholar ini bertajuk “Kompetensi Komunikasi Antarbudaya yang Efektif untuk Pekerja Saat ini dan Masa Depan” terbagi menjadi 3 bagian yaitu tahap pre-test, training (Focus Group Discussion), dan post-test.

Assoc. Prof. Dr. Bahtiar Mohamad dari Universiti Utara Malaysia menyampaikan bahwa tujuan dari workshop ini adalah mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang identitas budaya mereka sendiri, sehingga meningkatkan kesadaran diri dalam interaksi antarbudaya. Tujuan pembelajaran pada akhirnya peserta diharapkan dapat mengenali, menghormati, dan menghargai perbedaan budaya dalam gaya komunikasi. Peserta memperoleh keterampilan praktis untuk menyesuaikan pendekatan komunikasi, menemukan strategi untuk mengelola konflik dan dapat menyelesaikan kesalahpahaman. Workshop ini juga diharapkan menumbuhkan empati terhadap individu dari latar belakang budaya yang beragam.

Komunikasi antarbudaya dinilai penting karena di era globalisasi, interaksi antar manusia lintas negara semakin intens dan beragam baik bagi kelompok maupun individu. Memahami komunikasi antarbudaya dapat membantu seseorang memahami preferensi, kekuatan, dan kelemahan diri sendiri dalam hal berkomunikasi dan bagaimana hal ini dapat membantu atau menghalangi seseorang saat berkomunikasi lintas budaya.

Memahami komunikasi antarbudaya dapat membantu memahami perbedaan dan menemukan kesamaan. Peran komunikasi antarbudaya atau interkultural dapat membantu seseorang beradaptasi di lingkungan baru dan meminimalisir culture shock dan stereotipe negatif dalam berinteraksi dengan individu maupun kelompok baru. Kunci utama dalam komunikasi antarbudaya adalah bersikap terbuka untuk mempelajari dan memahami terhadap budaya lain dan menghindari sikap etnosentris. Etnosentris adalah sikap menilai budaya lain berdasarkan standar sendiri dan meyakini bahwa budaya sendiri lebih maju, bermoral atau rasional dibandingkan dengan budaya lain.

Dalam sesi pre-test peserta diberikan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang sejauh mana peserta memahami tentang komunikasi antarbudaya sebelum mereka diberi pemahaman oleh narasumber. Saat memasuki training session, peserta dibagi menjadi tiga kelompok dengan tugas pengalaman konkrit atau latihan simulasi budaya misal bekerja atau belajar di luar negeri yaitu Australia, Malaysia, dan Korea. Hasil diskusi disajikan dan dipresentasikan oleh masing-masing kelompok di depan peserta lain dan diskusi berlangsung terbuka dari dua arah dengan cara saling tanya jawab. Pada tahap post-test, peserta diberi kuesioner tentang komunikasi antarbudaya yang dimaksudkan apakah pandangan mereka terkait komunikasi antarbudaya mengalami perubahan ke arah positif setelah training. (Sofyan)


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top