Kemeriahan Haul KI Ageng Singoprono Tahun 2024

Print Friendly and PDF

Suasana pengajian akbar Haul KI Ageng Singoprono Tahun 2024.


Kemeriahan Haul KI Ageng Singoprono Tahun 2024

Boyolali- majalahlarise.com -Haul adalah peringatan atas kematian seseorang yang biasanya diadakan selama setahun sekali. Tujuan haul ini adaah mendoakan ahli kubur agar semua amal dan ibadah yang dilakukan selama hidupnya diterima oleh Allah SWT. Sekaligus mengenang keteladanan semasa hidup dari tokoh yang diperingati. 

Tradisi haul ini diadakan berdasarkan hadis dari Rasulullah saw. Jadi secara khusus, haul hukumnya mubah (boleh), dan tidak ada larangan sebagaimana hadist Nabi saw. Terlepas dari hukum fikih haul itu bid’ah atau tidak, tradisi ini telah berlaku di masyarakat sejak ratusan tahun yang silam.

Pemerintah desa Nglembu bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali menyelenggarakan kegiatan haul Ki Ageng Singoprono dengan rangkaian kegiatan hafalan Al Qur’an dan tahlil, Kirab Budaya dan Pengajian Akbar. Maka dari  itu partisipasi dan warga  masyarakat wilayah tersebut untuk mensukseskan acara Kirab Budaya dan Pengajian Akbar dilakukan pada hari Minggu tanggal 22 September 2024 pada pukul 07.00 sampai dengan selesai (Kirab Budaya) dan 19.30 – selesai (Pengajian Akbar).

Rangkaian acara dimulai pada hari Sabtu tanggal 21 September 2024 pukul 20.00 WIB di Gunug Tugel  dengan acara Mujadaha, hafalan Al Qur’an dan tahlil oleh bapak Toha dan Santri Ponpes Klego. 

Sedangkan tempat yang digunakan untuk acara Kirab Budaya  adalah Lapangan Desa Nglembu dengan rute dimulai dari depan Balai Desa Nglembu dan  berakhir di barat Gunung Tugel dengan dilanjutkan dengan perform dari masing-masing peserta.  Dan Lapangan Desa Nglembu digunakan untuk Pengajian Akbar, yang dimulai dari pukul 20.00 WIB sampai selesai.

Baca juga: Tim Mahasiswa Prodi DKV FSRD Wakili Kontingen ISI Surakarta Lolos Babak Final GEMASTIK XVII 2024

Untuk keamanan dilakukan oleh Koramil dan Polsek Sambi, dalam mengamankan peserta sekitar 2.000 orang ini, Sedangkan yang menghadiri dalam haul ini diantaranya Kadis dan Kabid Disdikbud, Koordinator Dikdas, Koramil, Kades se-Kecamatan Sambi. 

Acara pengajian akbar dengan pembawa acara mas Pri, dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan sambutan-sambutan yaitu oleh Camat Sambi Sarwanto, SIP yang menyampaikan kepada warga untuk menjaga makam dengan baik. Dilanjutkan oleh Bupati Boyolali yang diwakili oleh Arif Budi Nuranto, SE, MM. untuk menyampaikan kepada masyarakat tentang selain menjaga makam juga menambah kecintaan pada tanah air. Makam yang dimaksud di sini adalah makam Ki Ageng Singoprono di Gunung Tugel, Desa Nglembu, Kecamatan Sambi. "Tempat ini sekaligus menjadi salah satu destinasi wisata religi di Boyolali. Penyuka wisata, ayo disini bisa dicoba ya!" ungkapnya.

Biasanya saat peringatan haul atau hari kematian Ki Ageng Singoprono, orang-orang dari berbagai daerah berbondong-bondong datang untuk berziarah ke makam tersebut. Seperti pada peringatan yang berlangsung hari ini ribuan orang berdatangan ke Gunung Tugel untuk berziarah di makam Ki Ageng Singoprono dilanjutkan malam harinya dengan mengikuti Pengajian Akbar.

Ini merupakan bukti betapa besar kesan yang ditimbulkan dari sosok yang bernama Ki Ageng Singoprono sebagai tokoh penyebar agama Islam di wilayah Simo dan Sambi, Boyolali ini. Walaupun beliau sudah tidak ada sejak ratusan tahun yang lalu namun ajaran-ajarannya tentang budi pekerti, kearifan bahkan soal pengenalan sistem terasering di pertanian, ahli jagung, tetap hidup dan dikenang sampai sekarang. 

Singoprono adalah salah satu keturunan Raja Majapahit terakhir yaitu Prabu Brawijaya V. Singoprono menetap di wilayah Simo pada abad ke-17 untuk menjadi pemimpin sekaligus penyebar agama Islam di wilayah itu. Beliau hidup semasa Kerajaan Mataram Islam, sekitar abad ke-17, semasa Amangkurat. Dulu Singoprono itu menjadi Demang sekaligus ulama di daerah Simo yang sekarang menjadi wilayah Sambi. Mengutip direktoripariwisata.id, semasa hidupnya, Ki Ageng Singoprono terkenal suka menolong, sangat berbudi luhur, dan sakti. 

Sedikit cerita legenda tentang Gunung Tugel Boyolali, perselisihan antara Ki Ageng Singoprono dengan sahabatnya. Kabar mengenai dirinya telah tersebar hingga keluar daerah. Penghasilannya diperoleh dari bercocok tanam. Selain itu, Ki Ageng Singoprono juga tidak malu berjualan dawet dan nasi di pinggir jalan. Meskipun berjualan untuk memperoleh penghasilan, tidak jarang pula Ki Ageng Singoprono membagikan hasil penjualannya kepada orang yang membutuhkan.

Namun dengan segala kebaikan dan kedermawanannya, tetap saja ada yang tidak suka dengan Ki Ageng Singoprono. Salah satunya Kyai Rogo Runting yang iri meskipun mereka berdua sebenarnya bersahabat. Pertarungan dua orang teman itu dipicu perbedaan pendapat. Bermula ketika Ki Ageng Singoprono bertamu ke rumah Kiai Rogo Runting yang berlokasi di kawasan Gunung Madu, Klego, Boyolali.

Saat itu, Kiai Rogo Runting mengambilkan buah kelapa hijau dengan cara menyentuh batang pohon dengan tangannya dan buah kelapa jatuh semua. Cara itu ditentang oleh Ki Singoprono yang kemudian mengajarinya memetik buah kelapa dengan membengkokkan batang pohon dan mengambil satu buah kelapa.

Setelah itu, Kiai Rogo Runting marah dan mengajak beradu kanuragan. Gunung Tugel dipanah olehnya dari atas Gunung Madu yang menyebabkan gunung terpecah menjadi beberapa bagian. Karena kondisi itu lah gunung itu dinamai Gunung Tugel sampai sekarang. Atas perbuatan Kiai Rogo Runting, Ki Singoprono tidak lantas membalas dengan menunjukkan kesaktiannya.

Ki Singoprono, mengutip direktoripariwisata.id, bahkan berwasiat kepada istrinya agar dimakamkan di Gunung Tugel saat tutup usia. Karena wasiat itu pula, Ki Ageng Singoprono dimakamkan di gunung tersebut dan tiap tahun ramai orang berziarah.

Tinggi Gunung Tugel, Nglembu, Sambi, Boyolali, yang menjadi lokasi makam Ki Ageng Singoprono memiliki tinggi sekitar 97,8 meter di atas permukaan laut dan luasnya sekitar 700 meter persegi. Pemandangan di sekitar Gunung Tugel sangat indah dan hawanya sejuk sehingga pengunjung dapat menikmati keindahannya setelah berziarah. Namun pengunjung yang akan berziarah di makam harus mempersiapkan fisik dengan baik terlebih dahulu karena harus melewati jalanan berundak untuk sampai ke puncak.

Menurut Kepala Desa (Kades) Nglembu, Sutoto, SE menyampaikan beberapa waktu yang lalu, kegiatan haul dengan kirab tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun. Namun, kegiatan itu sempat terhenti karena pandemi. Selalu ada tampilan perform dari masing-masing peserta sehingga menambah meriahnya acara haul dengan kirab. Masyarakat di lingkungan Gunung Tugel, mulai dari anak-anak sampai Orang Tua dengan semangat mempersiapkan acara tersebut. Bahkan dengan berbagai macam baju/seragam yang digunakan sangat menambah kemeriahan acara haul dan kirab. Walaupun harus berjalan kaki dari Balai Desa menuju Gunung Tugel, mereka tetap menampakkan wajah yang ceria dan bahagia.

Perlu diketahui, Pengajian Akbar dalam rangka haul Ki Ageng Singoprono serta sosialisasi DBHCHT kali ini mendatangkan  K.H. Maimun Hasim (Demak) dan Hadroh Al Karomah. Pengajian Akbar selesai pada pukul 11.00 WIB dan diakhiri dengan doa. Semoga yang disampaikan oleh beliau bisa bermanfaat bagi peserta yang mengikuti pengajian. Diantaranya untuk memperkuat iman dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta memberikan pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai Islam. (Prapti/ Sofyan)

Baca juga: MAKNA SEMBAH CATUR DAN SEMBAH LELIMA DALAM TRADISI BUDAYA JAWA



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top