Strategi Riset Folklore di Indonesia dalam Kuliah Umum Sastra Daerah UNS

Print Friendly and PDF

Strategi riset folklore Indonesia di era digital dalam Kuliah Umum yang diadakan Program Studi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret.


Strategi Riset Folklore di Indonesia dalam Kuliah Umum Sastra Daerah UNS

Solo- majalahlarise.com -Peneliti Folklore sekaligus akademisi Sastra Indonesia, Dr. Asep Yudha Wirajaya, S.S., M.Hum. ajarkan mahasiswa strategi riset folklore Indonesia di era digital dalam Kuliah Umum yang diadakan Program Studi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret. Kegiatan ini diselenggarakan di Ruang Seminar lantai 2 Gedung I. Suharno Fakultas Ilmu Budaya pada Jumat siang (13/12/2024).

Folklore merupakan masyarakat yang cabang ilmu sastra yang fokus pada penelitian cerita lisan dan warisan budaya turun-temurun seperti mitos, legenda, atau tradisi masyarakat yang membentuk identitas komunitas. 

Folklore berperan dalam menjaga identitas serta jati diri sebuah komunitas. Selain itu folklore juga berfungsi sebagai penghubung antar generasi dan sarana untuk memahami nilai-nilai kehidupan. 

Kegiatan Kuliah Umum ini dihadiri oleh beberapa program studi di UNS seperti Sastra Indonesia, Sastra Mandarin, serta Vokasi. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan sambutan oleh Dr. Prasetyo Adi Wisnu Wibowo S.S., M.Hum. Kaprodi Sastra Daerah FIB UNS. 

Riset Folklore di era digital dibuka dengan Folklore sekarang yang menjadi tantangan dan peluang Generasi Z (Gen-Z). Era digital berpengaruh dalam perkembangan budaya dan sastra di Indonesia.

Dr. Asep Yudha Wirajaya, S.S., M.Hum. sebagai pemateri mengungkapkan pengaruh digitalisasi memudahkan masyarakat mengakses budaya dan sastra dengan cepat, namun pelestariannya akan menjadi tantangannya. 

“Dari tantangan tersebut, Gen-Z ditantang untuk ikut terlibat dalam riset mengenai folklore melalui platform digital, kolaborasi lintas disiplin, dan penggunaan alat analisis data modern seperti AI. Salah satunya melalui alih wahana seperti I La Galigo ” ujarnya.

Apabila Folklore dialihwahanakan, Gen-Z dapat lebih tertarik untuk terlibat langsung dalam riset karena Folklore akan lebih menarik dan lebih menantang bagi Gen-Z yang memiliki pemikiran kritis. 

Selain Dr. Asep Yudha Wirajaya, S.S., M.Hum., Kuliah Umum Folklore juga diisi oleh Dr. Elmi Novita, S.Pd., M.Sn dari ISBI Aceh, Dr. Rina Ratih, M.Hum dari PBSI FKIP UAD Yogyakarta, dan akademisi Sastra Daerah FIB UNS yaitu Siti Musifah, S.S., M.Hum dan Dr. Prasetyo Adi WW., M.Hum. (Sofyan)

Baca juga: Modena Home Center Hadir di Boyolali


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top